Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kayu (Furniture Out Door menjadi Product Flooring dan Decking) PT Artanis Pratama Jaya (APJ) mendapatkan kontrak senilai 6 miliar dolar AS dari perusahaan sejenis yang berkantor pusat di China.

Dalam enam bulan terakhir ini, pihaknya sudah melakukan ekspor "flooring dan decking" senilai 2 miliar dolar AS ke kawasan Eropa dan AS, kata Wakil Direktur Utama, PT Artanis Pratama Jaya, Laksanto Utomo kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Menurut Laksanto, pertumbuhan penjualan tiap bulan terus naik sejalan dengan membaiknya perekonomian global. Oleh karena itu, katanya, tidak benar jika ada berita yang menyebutkan, PT APJ mendekati kebangkrutan.

"Saya menduga, ada pihak lain yang tidak senang melihat kinerja perusahaan terus berkembang, sehingga ada orang yang menghasut karyawan untuk melakukan demo atau mogok kerja dengan alasan perusahaan tidak mampu bayar gaji," katanya, seraya menambahkan, demo hanya beberapa orang, diliput oleh hampir semua mas media ibu kota Semarang.

Perusahaan yang beroperasi di Jalan Plamongan, Semarang dan berkantor pusat di Jakarta, punya asset lebih dai Rp12 miliar, tidak termasuk bangunan dan tanah lainnya.

Menjawab pertanyaan, soal isu kebangkrutan, Laksanto menguraikan latar belakang adanya pemogokan kerja di perusahaanya.

Perusahaan ini sudah berdiri lebih dari 10 tahun, dan dikendalikan oleh orang yang kurang profesional dan tidak bertanggungjawab dalam beberapa tahun terkahir ini.

Oleh karena itu, komisaris memutuskan untuk mengambil alih dan mengganti sejumlah direksi atau merestrukturisasi.

Direksi yang kurang profesional diganti karena terindikasi melakukan penyalahgunaan keuangan perusahaan.

Orang tersebut saat ini sedang diproses oleh aparat penegak hukum, namun ada beberapa karyawan yang memprovokasi pekerja lainnya untuk melakukan demo.

Demo ini sempat membuat kaget para pelanggan atau importir, namun setelah dijelaskan tentang kronoligisnya, pihak importir dapat memahami kejadian itu.

Laksanto juga mengatakan, manajemen lama meninggalkan beberapa debts outstanding (hutang yang belum dilunaskan) serta tidak rapi dalam melakukan pembukuan, sehingga sangat berpengaruh pada produktivitas Perusahaan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009