Beijing (ANTARA News/AFP) - PM Rusia Vladimir Putin mendarat di Beijing, Senin malam, untuk kunjungan tiga hari ke China yang mana kedua negara itu akan menandatangai sejumlah perjanjian perdagangan dan memperkokoh hubungan politik.
Putin akan mengadakan pembicaraan dengan timpalan China-nya Wen Jiabao dan Presiden Hu Jintao dan juga menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai, kelompok keamanan regional yang melibatkan enam negara Asia Tengah.
Itu adalah kunjungan pertama pemimpin Rusia tersebut ke China sebagai perdana menteri, meskipun ia telah berkunjung empat kali sebelumnya sebagai presiden.
Ia terbang ke Beijing dari Russky Island, bekas markas militer terpencil dekat Vladivostok di Timur Jauh Rusia, tujuh kali wilayah itu jauhnya dari Moskow, yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah pertemuan puncak Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik 2012.
Putin disambut di bandara oleh Menlu Yang Jiechi, lapor China News Serves.
Pemerintah Rusia mengatakan perjanjian yang akan ditandatangani di Beijing itu termasuk satu perjanjian yang mengikat masing-masing negara untuk memberitahu pihak lainnya mengenai diluncurkannya rudal balistik.
Hal lainnya dalam pekerjaan itu termasuk perjanjian perdagangan dan nota kesepahaman mengenai pengembangan perjalanan kereta api berkecepatan tinggi di wilayah Rusia, kata pemerintah dalam satu pernyataan di Moskow, Ahad.
Hubungan antara Moskow dan Beijing memiliki sejarah yang rumit, dan Rusia telah menyaksikan ekonomi dan politik China yang tumbuh mungkin dengan campuran terpesona dan gelisah.
Masih, dalam pesan pada ulang tahun ke-60 China pada 1 Oktober, Putin dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memuji "kemitraan strategis" Moskow dengan Beijing, istilah yang senantiasa dicadangkan untuk sekutu dan teman dekatnya.
Dalam kunjungan Putin, kedua negara -- keduanya anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- juga diperkirakan akan mengkoordinasikan diplomasi internasional, khususnya mengenai masalah nuklir yang melibatkan Iran dan Korea Utara.
Pada Rabu, ia akan menghadiri pertemuan para kepala negara Organisasi Kerjasama Shanghai, kelompok yang didominasi oleh China dan Rusia yang digembar-gemborkan sebagai imbangan berat lembaga-lembaga pimpinan-Barat.
Moskow menggembar-gemborkan pertemuan puncak mereka sebagai diadakan untuk mensahkan "dokumen penting" mengenai upaya bersama untuk memerangi dampak krisis keuangan global.
SCO juga mencakup empat negara Asia bekas Soviet -- Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan -- sementara India, Iran, Mongolia dan Pakistan memiliki status pengamat.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009