kecepatannya di bawah 30 km per jam

Mataram (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Barat H Zulkieflimansyah melakukan uji coba (test drive) sepeda listrik karya anak NTB, Gede Sukarmati Jaya yang telah mampu merambah pasar internasional, Jumat.

Dalam kesempatan itu, Gubernur NTB, H Zulkieflimansyah melakukan uji coba (test drive) sepeda listrik tersebut di STI Park Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat. Sepeda tersebut mampu menempuh jarak 30 kilometer untuk sekali pengisian daya, sekitar dua sampai empat jam.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyampaikan kehadiran sepeda listrik, motor listrik dan mobil listrik menunjukkan bahwa anak anak NTB memiliki kemampuan yang selama ini tidak disadari banyak orang, apalagi, ide dan gagasan besar itu muncul di tengah musibah COVID-19.

"Sejatinya pembangunan itu adalah sebuah proses besar untuk meng-upgrade human capacity, meng-upgrade kemampuan masyarakat. Alhamdulillah corona ini adalah satu bencana yang menghadirkan keberkahan buat NTB sehingga masyarakat NTB sadar bahwa banyak kemampuan yang kita miliki yang tersimpan di bawah karpet selama ini," ujarnya.

Baca juga: PLN sosialisasikan pemanfaatan motor listrik kepada BUMN
Baca juga: Mengubah kecepatan sepeda listrik di Prancis bisa dipenjara

Munculnya inovasi-inovasi seperti ini menurut Gubernur, menyadarkan banyak pihak bahwa anak NTB bisa memproduksi minyak kelapa, bisa bikin sabun, bisa bikin motor listrik, alat pelindung kesehatan serta berbagai inovasi lainnya.

"Karena itu, tugas pemerintah adalah membantu, menghidupkan UMK ini, menghasilkan feedback yang konstruktif untuk kemudian menghasilkan produk yang kompetitif, bukan hanya untuk NTB, tetapi akan kita jual di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia," tegas Zulkieflimansyah.

Sementara itu, pembuat sepeda Gede Sukarmati Jaya menceritakan awal mula gagasan untuk membuat sepeda listrik tersebut. Awalnya, pembuatan sepeda listrik ini diilhami oleh hobinya waktu kecil, yaitu bersepeda. Namun karena usia, ia tidak bisa lagi bersepeda dengan jarak tempuh yang jauh sehingga, muncullah ide bagaimana agar tetap bisa bersepeda dengan jarak tempuh yang jauh tanpa mengayuh.

"Saya googling, tanya-tanya teman, bagaimana saya tetap bisa sepedaan jauh dan tidak membosankan. Ketemulah dengan yang namanya elektric kit. Yaitu mengubah sepeda yang kita beli di toko kemudian kita pasang elektric kit-nya, kemudian kita bisa sepedaan jauh," katanya.

Baca juga: Kemenhub rancang sepeda listrik bisa masuk kendaraan umum
Baca juga: Kemenhub siapkan payung hukum sepeda listrik

Kemudian, seiring dengan waktu, ditambah dengan hasil diskusi bersama anggota komunitas, ia kemudian menambah kemampuan untuk berinovasi pada sepeda itu. Termasuk menambah kecepatan sepeda listriknya.

"Sepeda yang kita beli di toko itu harus kita bikinkan prime costume. Sehingga bisa menampung baterai berkapasitas besar. Saya coba bikin, sudah jadi, saya iseng-iseng pakai, bikin video di jalan, upload ke media sosial saya. Orang-orang luar kemudian melihat dan mereka suka, karena unik," jelasnya.

Ia mengaku, sepeda yang ia bikin tersebut bukan yang pertama dan yang terbaik bagi orang luar. Namun, ada keunikan yang mereka lihat, seperti style, cara mewarnai dan cara pembuatan yang masih handmade.

"Kalau bicara teknologi, tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Tapi kalau bicara masalah seni, tidak ada yang mampu mengalahkan kita," ujarnya.

Keunikan itulah katanya membuat orang tertarik, sehingga tidak kurang dari seratus unit sepeda listrik yang sudah ia ekspor ke luar negeri, seperti negara-negara di benua Asia, Amerika dan Australia.

Baca juga: Dishub akan atur skuter listrik masuk golongan alat angkut perorangan
Baca juga: DKI siapkan regulasi penggunaan skuter-sepeda listrik

Untuk membuat satu sepeda listrik itu, ia membutuhkan waktu sekitar satu bulan, mulai dari proses awal hingga dapat dipakai. Untuk harga per unitnya, sepeda tersebut dinilai sekitar Rp15 juta, karena pembuatannya masih hand made, belum menggunakan teknologi yang modern.

Ia berharap ke depan, pembuatan sepeda ini dapat didukung oleh teknologi modern yang dapat menghasilkan produk sepeda yang banyak dan berkualitas serta harga yang murah.

"Kemampuan yang mesin 350 watt, baterai yang 40 volt, kecepatan maksimum, kalau di barat orang mengatakan street legal, masih boleh di jalan, tanpa harus surat-surat. Kecepatannya di bawah 30 km per jam," katanya.

Baca juga: Trekker GT, sepeda listrik pertama Triumph berbanderol Rp52 juta
Baca juga: Baznas DKI berikan 11 sepeda listrik bagi ojek onthel di Kota Tua

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020