Baghdad (ANTARA News/AFP) - Penembakan dan pemboman di Irak menewaskan empat orang dan mencederai 13 lain, Senin, kata beberapa pejabat kepolisian dan militer.
Dalam insiden paling mematikan, dua anak laki-laki dari seorang mukhtar atau kepala desa tewas ketika mobil mereka diserang bom pinggir jalan di Buhruz, 60 kilometer sebelah utara Baghdad di provinsi Diyala.
Seorang putra lain dari Mukhtar Abdullah Salman terluka dalam ledakan itu, kata seorang pejabat komando operasi militer di ibukota provinsi berdekatan Baquba.
Salman tidak berada di dalam mobil tersebut, tambah pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.
Juga di Buhruz, ledakan bom pinggir jalan lain mencederai tiga warga sipil, kata pejabat itu.
Kedua serangan itu membuat polisi segera menggerebek sejumlah rumah dan menangkap 10 orang.
Di Baghdad, sebuah konvoi yang membawa perwira tinggi kepolisian Mayjen Mohammed Sabri, yang memimpin pasukan di kota bergolak Mosul, Irak utara, diserang bom pinggir jalan, mencederai satu polisi, namun Sabri selamat tanpa cedera.
Seorang warga sipil tewas dalam ledakan bom di daerah perbelanjaan pusat Karrada dan empat orang terluka, kata polisi.
Juga di Karrada, sebuah bom yang dipasang di mobil kepala kepolisian federal yang bertugas melakukan perlindungan diplomatik meledak, mencederai kepala kepolisian itu. Empat warga sipil juga terluka dalam serangan tersebut.
Sementara itu di al-Kisik, 30 kilometer sebelah barat Mosul, orang-orang bersenjata membunuh seorang kontraktor bangunan lokal, dalam serangan penembakan dengan mengendarai mobil yang melaju, kata seorang polisi yang menolak disebutkan namanya.
Belum jelas mengapa kontraktor itu menjadi sasaran serangan.
Kekerasan Senin itu terjadi sehari setelah dua bom mobil dan serangan bunuh diri yang tampaknya terkoordinasi menewaskan 19 orang di kota Ramadi, Irak barat.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.
Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.
Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.
Sejumlah serangan bom besar dilancarkan pada bulan itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.
Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.
Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.
Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009