Teheran, (ANTARA News) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hari Kamis menuduh sejumlah negara Arab dan Islam terlibat dalam pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
"Celakanya, sejumlah negara di kawasan Arab dan Islam mentoleransi atau mendukung pembantaian yang luar biasa ini dengan mulut bungkam atau senyuman puas," kata Ahmadinejad dalam sepucuk surat yang dikirim kepada Raja Arab Saudi Abdullah, menunjuk pada operasi Israel di Gaza.
"Yang Mulia Raja Arab Saudi dan penjaga dua masjid suci... anda diharapkan memecahkan kebungkaman atas kekejaman nyata ini dan pembunuhan anak-anak anda sendiri," kata Ahmadinejad dalam surat itu, yang disiarkan di situs beritanya dan dikutip AFP.
Ofensif 20 hari Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina dan mencederai sekitar 5.000 orang, menurut petugas-petugas medis di Gaza.
Kekerasan di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember.
Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.
Setelah pemboman udara beberapa hari, pasukan dan tank-tank Israel melakukan ofensif darat dengan bergerak ke pusat-pusat penduduk utama, termasuk Kota Gaza.
Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.
Sejak itu wilayah pesisir miskin yang berpenduduk 1,5 juta orang itu dibloklade oleh Israel.
Dalam suratnya itu, Ahmadinejad menyatakan, ia berharap sikap raja Saudi itu "akan mengecewakan sepenuhnya kekuatan-kekuatan busuk yang berharap menciptakan perpecahan di barisan Islam".
Pernyataan pemimpin Iran itu tampaknya menunjuk pada perselisihan antara negara-negara Arab "moderat" yang dipimpin Mesir dan Arab Saudi dan negara-negara yang mendukung Hamas yang dipimpin Suriah dan Qatar, mengenai cara menanggapi penyerbuan ke Gaza itu.
Qatar telah dua kali berusaha mengatur penyelenggaraan pertemuan puncak Arab mengenai konflik Gaza, namun gagasan itu ditentang oleh Mesir dan Arab Saudi.
Surat kepada raja Saudi itu disiarkan ketika Riyadh bersiap-siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang membahas situasi Gaza pada Kamis.
Selain Arab Saudi, GCC juga mencakup Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar dan Oman.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009