Kuwait (ANTARA News/AFP) - Kuwait mendukung kuat peluncuran Teluk uni moneter dan mata uang tunggal Teluk tepat waktu pada Januari 2010, menteri muda keuangan mengatakan Senin, sehari setelah kementerian menuntut penundaan.
"Kuwait sangat mendukung uni moneter Teluk dan peluncuran mata uang tunggal seuai jadwal pada Januari," kata Hamada Khalifa dalam sebuah pernyataan yang dikutip kantor berita resmi Kuna.
"Kuwait sangat ingin bekerja sama dengan mitra dalam Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) di semua tingkatan untuk mempercepat penyelesaian semua masalah yang berkaitan dengan peluncurkan mata uang tunggal pada target tanggal pada Januari 2010."
Pada Minggu, sebuah pernyataan oleh departemen keuangan yang disiarkan Kuna menyerukan keterlambatan tanggal peluncuran 2010 untuk memungkinkan komite dan pihak-pihak yang bersangkutan menyelesaikan masalah teknis yang belum selesai.
Kuwait adalah salah satu dari empat negara-negara Teluk yang menandatangani perjanjian pada Juni untuk menciptakan dewan serikat moneter bersama dan meluncurkan mata uang tunggal dengan Arab Saudi, Qatar dan Bahrain penandatangan yang lain.
Dua anggota GCC yang lain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Oman, tidak turut menandatangani setelah memutuskan untuk mengundurkan diri dari proyek tersebut.
UAE kesal pada pemilihan ibukota Saudi, Riyadh, untuk menjadi tuan rumah bank sentral masa depan GCC, sementara Oman menarik diri dari serikat moneter mengatakan karena belum siap untuk memenuhi prasyarat.
Hamada mengatakan kabinet Kuwait telah menyetujui uni moneter dan dewan moneter dan mengirimnya ke parlemen untuk diratifikasi.
Negara-negara Teluk telah sepakat pada sejumlah kriteria teknis untuk uni moneter tetapi sejumlah isu lain tetap belum terpecahkan.
Kuwait adalah tuan rumah KTT tahunan GCC yang akan datang pada Desember yang diperkirakan akan mengambil keputusan tentang mata uang tunggal.
Pada pertemuan puncak mereka di Bahrain pada 2001, para pemimpin GCC menetapkan 2010 sebagai target untuk memulai uni moneter dan mata uang tunggal, tetapi banyak ahli percaya bahwa target itu terlalu ambisius dan tidak realistis. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009