New York (ANTARA News) - "Hakuna Matata, Simba. It`s our problem-free philosophy."
Timon, sang cerpelai licik, itu segera membisikkan mantra-nya yang berasal dari bahasa Swahili di telinga Simba ketika ia menyadari kedudukan singa kecil itu di rantai makanan.
"Jangan khawatir, Simba. Lupakan masa lalu dan hiduplah untuk masa kini."
Bisik Timon berulang kali sambil bersandar di deretan kaktus yang bernyanyi, berlatar gurun dan matahari yang menari untuk menenangkan predator cilik yang nyaris mati terdampar di gurun pasir tersebut.
Dengan filosofinya untuk tidak membiarkan satu masalah pun mengusik kehidupan mereka dan bersenang-senang sepanjang waktu, Timon dan Pumbaa --babi hutan yang menolak dipanggil Mr.Pig-- membesarkan Simba --calon raja Pride Land yang terbuang-- dengan "diet serangga" yang ketat di oasis.
Timon membiarkan Simba berlarian di antara puluhan serangga yang menari dan rerumputan yang berlarian mengikuti gerakan kakinya.
Namun, kedamaian di oasis berangsur lenyap ketika Nala --singa betina teman masa kecil Simba-- datang membawa kabar duka dari Pride Land. Di mana hewan-hewan tertindas dalam kekuasaan Scar, paman Simba.
"Ini bukan hidup Timon," kata Simba ketika Timon tetap memaksanya untuk tidak kembali ke Pride Land dan selamanya mengubur masa lalunya.
Kehidupan tanpa masa lalu, bukan hidup. Bersenang-senang tanpa mempedulikan jeritan rakyatnya di Pride Land yang ditindas oleh penguasa yang kejam, juga bukan hidup. Hati kecil Simba berteriak.
Akhirnya, setelah terusir dari Pride Land karena dinilai bertanggung jawab atas kematian ayahnya --Mufasa--, Simba remaja kembali ke Pride Land berteman dua pelindungnya, tidak semana-mata guna mengklaim mahkotanya yang dirampas sang paman, Scar, dan pasukan hienanya tapi untuk keselamatan rakyatnya.
Perjalanan Timon dan Pumbaa mulai dari menemukan Simba kecil hingga mengantarkan Simba kembali ke tahtanya dengan mantra Hakuna Matata-nya adalah salah satu potongan dari kisah legendaris Disney "Lion King" (1994) yang dipentaskan dalam drama musikal Broadway di teater Minskoff New York sejak 1997.
Di salah satu sudut kawasan Broadway yang terkenal dengan deretan drama musikalnya, suatu kisah khas Disney di mana kebaikan akan selalu menang atas kejahatan, tampil secara tiga dimensi.
Panggung Broadway
Pertunjukan Broadway Lion King adalah pertunjukan Broadway terpopuler yang selalu dipadati oleh ratusan penonton, baik tua ataupun muda, dari seluruh penjuru dunia.
Para pengamat seni dan pertunjukan menyebut Lion King di Broadway sebagai salah satu pertunjukan drama musikal terunik, mengingat direktur teater papan atas Julie Taymor tidak meninggalkan satu sosok pun dari versi film kartunnya ketika memindahkan riuhnya hutan Afrika ke atas panggung berukuran lebih kurang 10x8 meter itu.
Ia melibatkan puluhan aktor, artis dan penari dalam 46 jenis kostum, topeng dan wayang untuk menghidupkan perjalanan Simba.
Tidak ada satu binatang pun yang tertinggal, semua ada di sana, mulai dari gajah hingga puluhan serangga kecil atau tikus tanah. Semua hewan itu bagai muncul dari kantong ajaib Taymor dan berjejal di panggung menyambut kelahiran Simba.
Taymor menggunakan beberapa penari sekaligus untuk merepresentasikan gajah sebesar aslinya dan beberapa wayang kecil untuk sejumlah serangga. Ia juga membawa ke atas panggung gadis-gadis belia yang merepresentasikan pepohonan, rerumputan dan bunga-bunga yang bernyanyi.
Sekitar setengah jam pertama, Taymor membuat 1.000-an penonton yang memenuhi teater Minskoff menarik nafas ketika seekor gajah dan jerapah muncul dari sela-sela penonton, segerombolan rusa berlarian di barisan depan, atau puluhan burung dan kupu-kupu beterbangan di kepala penonton.
Keunggulan Taylor sebagai desainer kostum juga teruji ketika mata penonton bagai tak lagi menemukan manusia di panggung. Tak ada manusia di sana, tak ada siapa pun di balik kostum-kostum itu, karena dengan berbagai tarian, warna dan musik yang tampak hanya puluhan jenis hewan yang menari.
Jika cukup jeli, dapat terlihat sejumlah karakter di panggung menari sama persis seperti para penari wayang orang di Indonesia, dengan bahu lurus dan gerak patah-patahnya.
Pertunjukan dua babak yang diselingi dengan istirahat selama 15 menit itu dibuka dengan lagu "circle of life", salah satu lagu unggulan karya penyanyi kenamaan Inggris Elton John.
Elton John dan Tim Rice secara khusus menggarap musik dan lirik Lion King. Ada sedikitnya lima lagu yang cukup populer dari Lion King selain "circle of life", yaitu "I just can`t wait to be king", "be prepared", "they live in you", "hakuna matata", dan "cant you feel the love tonight".
Musik dan lagu dibawakan dari tiga buah panggung utama. Dua buah panggung berada di dua balkon di kiri kanan panggung utama dan satu buah panggung berada tepat di depan panggung utama, dari situlah sang konduktor mengatur musik.
Dalam dua babak itu terdapat 20 adegan (scene) --13 di babak pertama dan tujuh di babak kedua. Masing-masing adegan menampilkan pemandangan latar yang berbeda-beda.
Untuk menghidupkan pemandangan latar, desainer latar Richard Hudson menggunakan sedikitnya tujuh tata panggung utama, yaitu tangga berputar yang merepresentasikan Pride Rock --tempat di mana Mufasa menunjukkan Simba kecil ke rakyatnya--, gua Scar, kuburan gajah, hutan, karang di mana Mufasa jatuh, sarang hiena, dan oasis.
Selebihnya, Hudson memodifikasi tata panggung utama dengan berbagai perubahan lukisan latar, tirai, dan tata lampu.
Selain Simba, sejumlah karakter yang menonjol dalam drama musikal itu adalah Mufasa, Zazu --burung kocak penasihat Mufasa--, Simba, Timon, Pumbaa, Scar dan tiga hiena pandir --Banzai, Shenzi dan Ed.
Demi ketenangan jalannya pertunjukan, selama pertunjukan berlangsung para penonton dilarang menggunakan kamera ataupun merekam pertunjukan. Penonton juga dilarang membawa makanan atau minuman ke dalam gedung teater. Untuk memastikan hal itu, sejumlah petugas di pintu masuk tidak hanya memeriksa tiket namun juga isi tas.
Sebelum pertunjukan ataupun di sela-sela waktu istirahat, para penonton dapat berbelanja souvenir Lion King yang terdiri dari beraneka jenis boneka, handuk, gelas, kaos, dan lukisan dengan harga antara 20-100 dolar AS. Boneka Zazu dan Simba merupakan souvenir favorit pengunjung.
Bagi beberapa orang yang tidak berbelanja dapat menghabiskan waktu dengan mengamati pameran kostum asli yang digunakan oleh para aktor dan kerumunan orang di Times Square --nama persimpangan jalan di Manhattan, tempat bertemunya jalan Broadway dan 7th Avenue-- dari kaca jendela raksasa di lantai tiga. Dalam pertunjukan itu kostum Mufasa boleh terbilang paling rumit karena dibuat dari gabungan antara kayu, kain dan potongan bebatuan atau kerang.
Dalam daftar drama musikal Broadway, Lion King merupakan pertunjukan terfavorit diikuti dengan Wicked, The Phantom of the Opera, Jersey Boys, Mamma Mia!, Billy Elliot, Mary Poppins, Ragtime, Chicago dan Hair.
Harga tiket pertunjukan dibedakan dalam enam kelas, yaitu rear mezzanine (H-K), (E-G), (A-D), front mezzanine, orchestra, dan premium dengan harga berkisar 69-200an dolar AS ditambah biaya jasa sekitar 20-45 dolar AS.
Pertunjukan dipentaskan setiap hari kecuali Senin dan dua kali untuk akhir pekan. Kecuali akhir pekan, pertunjukan dipentaskan pada malam hari sekitar pukul 19.00 atau 20.00 --yang masih cukup terang di New York untuk musim panas hingga gugur. Pada akhir pekan selain malam hari juga digelar pertunjukan siang atau sore hari.
Mengingat posisi panggung yang berada di bawah dan besarnya ruangan maka posisi tempat duduk akan sangat menentukan kenyamanan menyaksikan keseluruhan jalannya pertunjukan.
Sama seperti slogan film Lion King, "Life`s greatest adventure is finding your place in the Circle of Life" (Petualangan hidup yang terhebat adalah menemukan tempatmu di lingkaran kehidupan), maka perjuangan sesungguhnya dalam menyaksikan petualangan Simba di Broadway pun dimulai dari proses pemesanan tiket dan pemilihan tempat duduk mengingat banyaknya peminat.(*)
Oleh Gusti Nc Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009