Dalam masa pandemi seperti sekarang, inovasi pemberdayaan ekonomi kreatif juga diperlukan untuk mendukung upaya menuju masa normal baru

Yogyakarta (ANTARA) - Kawasan Kotabaru Yogyakarta yang sudah mulai ditata secara bertahap sejak 2018 akan dikembangkan sebagai ruang kreatif sekaligus creative hub untuk mendukung terwujudnya Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

“Kawasan Kotabaru memiliki potensi untuk berkembang, salah satunya melalui pendekatan industri kreatif dengan melakukan transformasi kawasan tersebut sebagai creative hub untuk mewadahi kreativitas masyarakat,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Jumat.

Kawasan Kotabaru yang menjadi satu dari lima kawasan cagar budaya di Kota Yogyakarta mulai ditata pada 2018 yang diawali dari Jalan Suroto dengan penataan pedestrian dan infrastruktur pendukung.

Penataan dilanjutkan pada 2019 dengan menata pedestrian di ruas Jalan Jenderal Sudirman yaitu dari simpang Gramedia hingga Jembatan Gondolayu. Penataan sedianya dilanjutkan pada 2020, namun ditunda akibat terjadi pandemi COVID-19.

Penataan di kawasan yang dipenuhi bangunan bergaya Indis tersebut dilakukan dengan konsep garden city.

“Sekarang tinggal menemukan ramuan yang tepat untuk membangkitkan kawasan ini supaya semakin ramai. Misalnya dengan banyak menggelar kegiatan kreatif di kawasan tersebut. Harapannya industri kreatif dan pariwisata bisa berkembang,” katanya.

Guna mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif, pemerintah daerah setempat kemudian bekerja sama dengan Jogja Creative Society yang akan memberikan rekomendasi dan masukan mengenai berbagai langkah untuk mewujudkan target tersebut.

“Dalam masa pandemi seperti sekarang, inovasi pemberdayaan ekonomi kreatif juga diperlukan untuk mendukung upaya menuju masa normal baru,” kata Agus.

Sementara itu, Ketua Jogja Creative Society Gergorius Sri Wuryanto mengatakan akan menjadi mitra strategis Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif skala dunia.

“Kemitraan dengan Pemerintah Kota Yogyakarta tidak hanya sebatas penandatangan MoU saja tetapi akan diwujudkan lebih konkrit, seperti membantu terbentuknya peta jalan menuju Kota Kreatif untuk selanjutnya gagasan tersebut dieksekusi,” katanya.

Ia menambahkan, dalam waktu paling lama 90 hari akan memberikan masukan mengenai wajah Yogyakarta di masa normal baru.

Ia menyebut, banyaknya bantuan yang diterima oleh Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mendukung pelaksanaan protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan portabel terkadang belum memperhatikan estetika.

“Sebaiknya, ada semacam panduan mengenai desain tempat cuci tangan yang sesuai dengan karakter penempatannya,” katanya.

Baca juga: Logo baru Yogyakarta diyakini mampu dongkrak wisata
Baca juga: Tamu didominasi warga DIY, okupansi hotel yogyakarta mulai naik

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020