"Kami telah memperbarui komitmen kami bagi kesepakatan yang sebelumnya telah kami tanda tangani dan menegaskan bahwa tak perlu ada kesepakatan baru. Apa yang diperlukan sekarang ialah komitmen dan tekad untuk menerapkan semua kesepakatan tersebut," kata Penasehat Presiden Sudan Ghazi Salahuddin dalam satu pernyataan pers setibanya dari ibukota Chad, N`Djamena.
Pejabat Sudan itu menggambarkan kunjungannya ke Chad dan pertemuannya dengan Presiden Chad Idriss Deby sebagai pembukaan lembaran baru dalam hubungan bilateral dan secara positif mencerminkan keinginan Sudan, pada umumnya, dan wilayah Darfur, khususnya.
Ia menjelaskan bahwa pembicaraannya dengan Deby dipusatkan pada pembekuan banyak masalah antara kedua negara dan cara menyelesaikannya.
"Presiden Deby telah menyampaikan perasaan yang mendalam ke arah hubungan Sudan-Chad dan menyampaikan penyesalan mengenai apa yang telah terjadi pada hubungan ini pada waktu lalu.
Ia berikrar akan bekerja sama dengan Sudan guna meletakkan hubungan bilateral tersebut pada jalur yang benar, dan dengan dasar prinsip keinginan baik," katanya.
Penasehat presiden Sudan itu, Sabtu, memulai kunjungan mengejutkan ke ibukota Chad dan disertai oleh gubernur Negara Bagian Darfur Barat serta Utara dan para pejabat dari Departemen Luar Negeri, Dinas Intelijen dan Keamanan Nasional.
Ini adalah kunjungan pertama oleh seorang pejabat senior Sudan ke Chad sejak kedua negara memutuskan hubungan diplomatik mereka setahun lalu, setelah mereka saling melontarkan tuduhan bahwa masing-masing pihak mendukung kelompok pemberontak di sepanjang perbatasan antara kedua negara itu. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009