Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Budi Waseso atau akrab disapa Buwas menjelaskan bahwa pihaknya telah menjalin kontrak kerja sama ekspor beras dengan Arab Saudi awal tahun, namun batal pada tahun ini karena negara tersebut yang masih memberlakukan karantina wilayah (lockdown).
"Kita sudah ada kontrak dengan Arab Saudi 100.000 ton. Kita ekspor beras dalam negeri kita, harganya juga bagus sekali, kita untung besar, tetapi mungkin belum diperbolehkan karena dibarengi dengan pandemi COVID, sehingga batal, Arab Saudi 'lockdown'," kata Buwas dalam RDP bersama Komisi IV yang digelar di Kompleks Parlemen DPR/MPR Jakarta, Kamis.
Baca juga: Indonesia ekspor beras premium asal Cianjur ke Singapura
Buwas menegaskan bahwa rencana ekspor beras ini seharusnya dapat membuktikan bahwa Indonesia sudah mampu menjaga ketahanan pangannya.
Namun demikian harapan tersebut harus diurungkan mengingat Arab Saudi yang masih menerapkan karantina wilayah, bahkan membatasi kegiatan Ibadah Haji.
Ada pun impor beras yang dilakukan pihak Arab Saudi ini bertujuan memenuhi kebutuhan para Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di negara tersebut, baik bekerja, maupun melaksanakan ibadah Haji dan umrah.
Baca juga: Arab Saudi berencana impor 100.000 ton beras Indonesia setiap bulan
Bulog berencana mengekspor beras renceng kemasan 250 gram yang dijual dengan harga Rp15.000 per kilogram. Umumnya, WNI tidak terlalu menyukai jenis beras yang biasa dikonsumsi di Arab Saudi.
Mengingat keputusan Pemerintah untuk menunda keberangkatan haji pada tahun ini, serta Pemerintah Arab Saudi yang membatasi ibadah umrah, Bulog juga harus menunda rencana ekspor beras tersebut.
"Dulu Arab Saudi untuk suplai kegiatan ibadah Haji masyarakat kita yang ada di sana. Jadi, iya ditunda," kata Buwas.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020