Rawalpindi, Pakistan (ANTARA News/Reuters) - Personel Angkatan Darat Pakistan, Minggu, mengepung satu bangunan kantor di Rawalpindi, tempat tersangka anggota Taliban yang menyerang markas Angkatan Darat menahan sebanyak 15 sandera.

Serangan nekad terhadap markas yang dijaga ketat itu di kota garnisun Rawalpindi, Sabtu, terjadi saat militer mempersiapkan serangan besar terhadap gerilyawan di kubu mereka di bagian barat-laut negeri tersebut, Waziristan Selatan, di perbatasan dengan Afghanistan.

Serangan di jantung militer tangguh itu tampaknya menghidupkan kembali kekhawatiran mengenai kestabilan negara bersenjata nuklir Pakistan pada saat Amerika Serikat memerlukan bantuannya dalam aksi menentang perlawanan yang meningkat di Afghanistan.

Beberapa pria bersenjata dengan mengenakan seragam menyerang markas Angkatan Darat pada Sabtu dan menewaskan enam prajurit dalam baku-tembak di gerbang utama kompleks tersebut.

Empat pria bersenjata tewas dan dua teman mereka yang cedera ditangkap, kata beberapa petugas keamanan. Namun empat atau lima pria bersenjata melarikan diri dan menyandera beberapa orang di satu bangunan kantor lembaga keamanan di dekat markas itu.

"Personil pasukan komando telah mengambil posisi dan sedang menunggu perintah untuk menyerang," kata seorang pejabat keamanan, yang tak bersedia menyebutkan jatidirinya.

Jurubicara militer Mayor Jenderal Athar Abbas mengatakan rencana sedang disusun untuk menyelamatkan sebanyak mungkin sandera.

"Kami menghadapi situasi yang luar biasa. Ini adalah situasi penyanderaan yang sangat rumit," kata Abbas kepada stasiun televisi Geo.

Gerilyawan Taliban Pakistan yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida telah melancarkan sejumlah serangan di Pakistan selama dua tahun belakangan, kebanyakan ditujukan kepada pasukan keamanan dan pemerintah, termasuk serangan bom di Rawalpindi.

Pada Senin (5/10), seorang pembom bunuh diri menyerang kantor PBB di Islamabad, dan pada Jumat (9/10) seorang tersangka pembom-mobil bunuh diri menewaskan 49 orang di Peshawar --serangan yang dikatakan pemerintah menegaskan perlunya bagi serangan habis-habisan terhadap Taliban.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009