Denpasar (ANTARA News) - Negara maju mulai menyukai pengobatan tradisional menggunakan bahan tumbuh-tumbuhan karena terhindar dari efek samping, demikian Ketua Program Studi Kesehatan Ayurweda pada Fakultas Ilmu AgamaUniversitas Hindu (UNHI) Denpasar I Gusti Ngurah Nala.

"Kecenderungan itu telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang sebelumnya mengunakan obat-obat sintetik," katanya di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, kecenderungan penggunaan obat-obat tradisional atau "gelombang hijau baru" (new green wave) ini membawa peluang sekaligus tantangan kembali ke alam.

Kondisi itu dipicu adanya efek samping obat sintetik dan antibiotika, serta perkembangan pendapat umum, baik di negara barat maupun timur, bahwa pemanfaatan bahan bersifat alami lebih aman dibandingkan bahan berzat kimia.

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu menilai, meningkatnya kekhawatiran masyarakat dunia terhadap dampak negatif obat-obatan sintetik, membuat dunia mencanangkan gerakan kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan bahan ramuan alami yang terdapat di sekitar lingkungan mukim.

Kondisi ini membuat ilmuwan dituntut untuk mampu mengembangkan pengobatan tradisional yang lahir dari bakat kearifan para leluhur, sementara Indonesia sendiri harus memanfaatkan momentum itu untuk mengintensifkan usaha pengobatan tradisional.

Sedikitnya ada 130 jenis tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit pada umat manusia.

"Nama jenis tumbuh-tumbuhan dan khasiat penyakit yang mampu disembuhkan dimuat secara terinci dalam lontar Tarupramana," kata Ngurah Nala. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009