"Pengajuan ke Unesco sudah dimulai dari bulan Mei tahun 2008 bersama Pemerintah Malaysia, karena Malaysia juga mempunyai kesenian Makyong," Kata Said Parman di Tanjungpinang, Kamis.
Kesenian Makyong menurut Said, berasal dari daerah Narathiwat, Pattani, Thailand dan berkembang di daerah Kelantan, Malaysia, Medan dan di daerah Mantang Arang (Mantang Lama) serta daerah Keke, Kabupaten Bintan Provinsi Kepualauan Riau.
"Jadi pengajuan ke Unesco tersebut bukan untuk mengklaim kalau Makyong adalah kesenian yang berasal dari Bintan (Indonesia) atau Kelantan (Malaysia), tapi untuk menjadi catatan sejarah dunia kalau kesenian Makyong berkembang di Bintan (Indonesia) maupun Malaysia," ujarnya.
Ia mengatakan pertentangan dengan negara Thailand tidak akan terjadi karena di negara asalnya kesenian Makyong tersebut tidak berkembang.
Menurut dia sampai saat ini masih ada kekurangan yang harus dilengkapi untuk mendapatkan pengakuan dari Unesco tersebut dan sedang dilengkapi bersama dengan Malaysia.
"Yang masih harus dilengkapi adalah buku tentang Makyong mengenai aspek sejarah, notasi lagu, catatan tari, busana dan properti yang dipakai saat pertunjukan, pandangan masyarakat setempat mengenai kesenian Makyong mulai dari tokoh sampai ke masyarakat nelayan," ujarnya.
Selain itu kata dia pembukuan kesenian Makyong meliputi Makyong dalam ingatan dan catatan, gambaran "etnografis" lingkungan sosial pelaku, serta Makyong dalam wacana kebudayaan kontemporer.
Untuk persyaratan yang sudah dilengkapi bersama-sama dengan pihak Malaysia menurut dia berupa dokumentasi pertunjukan, seperti yang dibikin baru-baru ini di Desa Mantang Lama, Bintan.
"Kami sudah melengkapi berbagai persyaratan seperti empat judul lakon yang didokumentasikan, ditambah dokumen-dokumen lama yang disimpan di RRI dan Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) semenjak tahun 1977," ujarnya.
Dia berharap dapat segera diselesaikan persyaratan yang masih kurang untuk mendapat pengakuan dari badan dunia tersebut.
"Harapan kami dapat segera terwujud, dan kami harapkan bantuan semua pihak agar kesenian Makyong dapat menjadi catatan sejarah dunia," harapnya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009