Sydney (ANTARA News) - Pemerintah Australia terus berupaya meluruskan berbagai mitos di seputar Islam dan Muslim sebagai bagian dari upayanya memperbaiki pemahaman publik tentang agama samawi ini.
Upaya pelurusan kekeliruan pandangan sebagian orang tentang Islam dan Muslim itu terungkap dalam lembaran informasi yang disampaikan dua orang pejabat Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan (DIAC) Australia kepada empat wartawan Indonesia di Canberra, Kamis.
Berdasarkan informasi publik DIAC yang diperoleh para wartawan peserta Program Kunjungan Media Internasional Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dari Direktur Rencana Aksi Nasional Urusan Multikultural DIAC, Chamandeep Chehl, dan wakilnya, Nikki Keirven, itu, setidaknya ada tujuh mitos tentang Islam.
Ke-tujuh mitos tersebut adalah "semua orang Arab sudah pasti Muslim dan Muslim pasti Arab", "perempuan ditekan dalam Islam", "orang berwajah Timur Tengah sudah pasti Muslim"dan "jihad sama dengan perang suci".
Selanjutnya "sirkumsisi bagi perempuan adalah praktik Muslim", "semua orang Islam fanatik", dan "Muslim ingin memperkenalkan hukum Islam (syariah) di Australia."
Terhadap setiap mitos itu diberikan penjelasan yang logis dan mudah dicerna. Mitos tentang "semua orang Arab sudah pasti Muslim dan Muslim pasti Arab" misalnya, selebaran informasi yang diterbitkan DIAC bersama Universitas Newcastle Australia itu menjelaskan bahwa Muslim bisa berasal dari negara mana saja di dunia.
"Seorang Arab bisa saja menganut agama apa saja atau bisa juga seorang ateis."
Mitos tentang "orang berwajah Timur Tengah sudah pasti Muslim" diluruskan dengan penjelasan bahwa "seorang Muslim bisa berpenampilan fisik apa saja karena umat Islam berasal dari berbagai belahan dunia".
Terhadap mitos tentang "Muslim ingin memperkenalkan hukum Islam (syariah) di Australia", disebutkan bahwa "Hukum Syariah hanya berlaku bagi Muslim sehingga tidak beralasan ataupun cocok diterapkan di Australia."
Dalam pertemuan yang menjadi bagian dari kegiatan Program Kunjungan Media Internasional (IMV) DFAT itu, Chamandeep Chehl dan Nikki Keirvan menjelaskan tentang fungsi dan berbagai program aksi unit kerja yang mereka tangani bagi memperkuat kohesi sosial antarkelompok masyarakat multi-budaya di Australia.
Di antara rencana aksi yang dimaksudkan untuk mendukung terbangunnya kohesi sosial dan pemahaman yang baik antarsemua komunitas Muslim dan non-Muslim di Australia itu adalah "Rencana Aksi Nasional untuk Membangun Kohesi Sosial, Harmoni dan Keamanan.
Australia kini berpenduduk 22 juta orang. Dari jumlah itu, sedikitnya 340 ribu orang di antaranya adalah Muslim. Sebanyak 38 persen dari 340 ribu orang Muslim itu lahir di Australia.
Program IMV DFAT yang berlangsung dari 5 sampai 12 Oktober 2009 itu berlangsung di tiga kota, yakni Melbourne, Canberra, dan Sydney.
Didampingi Pejabat Lembaga Bantuan Luar Negeri Australia (AusAID) Serin Werner, para wartawan diberi kesempatan bertemu berbagai tokoh muda dan berpengaruh perhimpunan komunitas Muslim Indonesia dan mancanegara di negara bagian Victoria, Australian Capital Territory dan New South Wales.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009