Jakarta, (ANTARA News) - Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi mengatakan, terpilihnya Aburizal Bakrie menunjukkan bahwa pengurus Golkar se-Indonesia tidak siap beroposisi dengan pemerintah.

"Jualan Surya Paloh tentang pentingnya Golkar menjaga jarak dengan pemerintahan SBY terbukti tidak `dibeli` oleh peserta Musyawarah Nasional (Munas), katanya di Jakarta, Kamis.

Hal tersebut membuktikan, katanya, anggota Golkar lebih menyukai pendekatan Ical (panggilan akrab Aburizal Bakrie) yang tidak mengambil jalur konfrontatif melawan SBY.

Menurut Burhan, ada beberapa alasan yang membuat sebagian besar peserta Munas menolak tawaran oposisi ala Surya Paloh dan Jusuf Kalla (JK).

Pertama, lanjutnya, karena banyak Ketua DPD I dan DPD II Golkar yang menjadi bupati, walikota atau gubernur.

"Pilihan oposisi bertentangan dengan kepentingan kader-kader Golkar yang menjadi pemimpin di daerahnya," kata pengamat politik Universitas Paramadina itu.

Ia menilai, alasan yang kedua yaitu pernyataan apabila oposisi bisa menaikkan suara Golkar mendapat bantahan dengan melihat kasus PDI Perjuangan yang selama lima tahun terakhir berperan sebagai oposisi tapi perolehan suaranya di pemilu 2009 juga mengalami penurunan tajam.

"Pilihan oposisi juga membuat Golkar kesulitan mendapatkan akses finansial," lanjutnya.

Padahal, jelasnya, dengan berkoalisi dengan SBY maka dimungkinkan kader-kader Golkar yang terpilih sebagai menteri memperoleh akses terhadap sumber keuangan yang pada akhirnya bisa disetor untuk partai.

Di lain pihak, Burhan menilai, pilihan berkoalisi dengan SBY bukannya tanpa resiko.

Ia mengatakan, Selain potensi Golkar berada dibayang-bayang Demokrat, koalisi dengan SBY juga merupakan lampu kuning bagi demokrasi karena praktis SBY akan mendapat `back up` yang semakin kuat dari parlemen.

"Ical harus mampu menampilkan hubungan yang lebih elegan jika pada akhirnya dia memilih bergabung dengan SBY, tanpa harus mengorbankan kepentingan Golkar pada pemilu 2014 nanti," tambahnya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009