Srinagar, India (ANTARA News/Reuters) - Pasukan India menembak mati tujuh gerilyawan, banyak dari mereka anggota kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berpangkalan di Pakistan, dalam bentrokan sengit di Kashmir, kata polisi.
Bentrokan terbesar terjadi di Kupwara dekat Garis Pengawasan (LOC), yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, yang mengklaim wilayah itu secara keseluruhan namun hanya menguasai sebagian.
"Empat militan LeT tewas dalam bentrokan di Kupwara," kata seorang jurubicara kepolisian, dengan menambahkan bahwa tiga militan tewas dalam tembak-menembak di tempat lain.
India menuduh kelompok LeT mendalangi serangan-serangan mematikan November lalu di Mumbai.
Kashmir tetap menjadi masalah utama dalam konflik enam dasawarsa antara India dan Pakistan.
Setelah masa relatif tenang selama beberapa bulan, akhir-akhir ini terjadi kenaikan dalam kekerasan separatis di Kashmir, dimana para pejabat mengatakan bahwa puluhan ribu orang tewas sejak pemberontakan muslim yang menentang kekuasaan India meletus pada 1989.
Sejumlah pejabat India mengatakan, kelompok-kelompok militan yang berpangkalan di Pakistan meningkatkan upaya mereka memasuki Kashmir India sebelum salju musim dingin menghalangi jalan di pegunungan Himalaya.
Serangan-serangan tahun lalu di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November tahun lalu yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.
Perdana Menteri India Manmohanh Singh mengatakan pada pertengahan Juli bahwa perundingan perdamaian dengan Pakistan akan tetap tertahan sampai negara itu menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan di Mumbai tahun lalu.
Pernyataan Singh itu tampaknya bertentangan dengan sebuah pernyataan bersama dengan PM Pakistan Yusuf Raza Gilani dimana kedua pemimpin tersebut mengatakan bahwa tindakan terhadap terorisme "tidak boleh dikaitkan" dengan proses dialog tersebut.
Dalam pernyataannya kepada media India, Singh mengatakan, "Harus ada upaya-upaya jujur serius untuk menjembatani kesenjangan yang memisahkan kedua negara itu."
Pada Agustus, Pakistan menjamin kepada India mengenai kerja sama penuh mereka dalam mencegah aksi teror baru setelah peringatan dari Singh bahwa militan di Pakistan sedang merencanakan serangan-serangan baru.
Perdana Menteri Pakistan itu juga berjanji melakukan segala sesuatu untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai ke pengadilan.
Pakistan telah menangkap lima orang yang dituduh terlibat dalam serangan itu, termasuk tersangka dalang Zakiduddin Lakhvi.
India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.
Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009