London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak naik di atas 71 dolar AS pada Rabu waktu setempat, jelang data persediaan energi AS, memperpanjang kenaikan sehari sebelumnya di tengah laporan bahwa negara-negara Teluk akan menggantikan greenback untuk transaksi minyak.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November naik 47 sen menjadi 71,35 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 53 sen menjadi 69,09 dolar AS per barel di perdagangan London.
Koran Independent Inggris melaporkan pada Selasa bahwa negara-negara Teluk telah mengadakan pertemuan rahasia dengan para pejabat di luar kawasan untuk membahas menjatuhkan dolar untuk perdagangan minyak.
Negara-negara itu justru menggunakan keranjang mata uang, termasuk yen, kata koran, mengutip Teluk Arab dan sumber perbankan China di Hong Kong.
Laporan itu baru-baru ini meningkatkan sentimen negatif terhadap dolar meskipun ada serangkaian penolakan, terakhir dengan Perancis. Kementerian ekonomi Perancis menjelaskan laporan itu sebagai "murni spekulasi" pada Rabu.
Independen telah melaporkan bahwa negara-negara Teluk, bersama dengan China, Rusia, Jepang dan Perancis, sedang mempertimbangkan mengganti dolar.
Secara terpisah, para pedagang sedang menantikan rilis laporan mingguan persediaan minyak pada Rabu oleh departemen energi AS (DoE) untuk menilai situasi permintaan di Amerika Serikat, negara konsumen minyak terbesar dunia.
Pengamat yang dimintai pendapatnya oleh Dow Jones Newswires mengatakan mereka memperkirakan stok minyak mentah naik 1,7 juta barel dalam pekan hingga 2 Oktober, sedangkan cadangan bensin diperkirakan meningkat 600.000 barel.
Laporan persediaan mingguan DoE diperkirakan menunjukkan bahwa "persediaan minyak mentah produk minyak kemungkinan naik minggu lalu," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.
Permintaan minyak telah mengalami penurunan di tengah kemerosotan ekonomi dunia, yang paling parah sejak tahun 1930-an.
Harga minyak jatuh dari tertinggi dalam sejarah lebih dari 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember karena resesi global.
Harga telah pulih tetapi investor tetap prihatin terhadap laju pada kemajuan.
Menteri Perminyakan Kuwait Sheikh Ahmad Abdullah al-Sabah pada Selasa memperkirakan bahwa harga minyak akan tetap di 60-80 dolar per barel, ia juga membantah laporan The Independen.
"Selama dua minggu terakhir, minyak mentah rebound dari terendah sembilan minggu dekat 65 dolar ke sekitar level 72-dolar, di tengah beberapa data ekonomi dari Amerika Serikat dan Asia yang lebih baik dari yang diperkirakan," kata para analis Sucden, Research Financial pada Rabu.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009