Jakarta (ANTARA) - Betawi punya beberapa pakaian adat khas yang dipakai dalam perayaan tertentu, salah satunya baju Sadariah yang khusus dikenakan oleh kaum Adam.
Baju Sadariah adalah salah satu "seragam" untuk para pemuda di Abang None Jakarta, duta pariwisata ibu kota yang berlangsung setiap tahun sejak 1968.
Audi Pratama, Wakil 1 Abang Jakarta Utara 2014, mengatakan kepada ANTARA, baju Sadariah biasanya dipakai para Abang saat menghadiri acara-acara kasual.
Baju Sadariah terdiri dari baju koko warna putih dipadukan dengan celana komprang motif batik. Seperti namanya, celana komprang berpotongan longgar. Dikutip dari video yang diunggah Abang None Jakarta, motif batik pada celana komprang biasanya berupa motif batik Parang atau Lereng.
Tampilan baju Sadariah tidak lengkap tanpa peci beludru hitam dan cukin, istilah untuk kain yang diselempangkan di leher.
"Cukin biasanya berwarna cerah, warna gelap juga tidak apa-apa, tapi biasanya warna cerah," kata Audi.
Cukin bisa berupa kain sarung atau kain bermotif batik Betawi yang dihiasi gambar ondel-ondel hingga Monas.
Sementara itu, alas kaki yang dipakai biasanya berupa sandal terompah.
Ira Lathief, pendiri Wisata Kreatif Jakarta, dalam tur virtual keliling Jakarta, Senin (22/6), menjelaskan, baju Sadariah merupakan satu dari delapan ikon budaya Betawi.
Baju adat ini dipengaruhi juga dari budaya China, salah satu budaya yang bercampur baur di tanah Betawi.
"Bajunya model kerah shanghai, disebut koko karena dulu dipopulerkan para koko, diadaptasi dari baju orang China," ujar Ira.
Budaya Betawi merupakan campuran dari berbagai budaya masyarakat yang menetap di Jakarta, seperti Arab, China dan India juga Eropa.
Itulah mengapa pakaian khas Betawi dipengaruhi oleh pakaian khas dari budaya lain, seperti dikutip dari buku "Gado-Gado Betawi: Masyarakat Betawi dan Ragam Budayanya" karya Emot Rahmat Taendiftia.
Jika baju Sadariah dipakai oleh kaum Adam, kaum Hawa punya kebaya encim atau kebaya kerancang. Pakaian sehari-hari untuk perempuan Betawi ini berwarna cerah, dipadukan dengan kain bermotif pagi sore atau belah ketupat yang panjangnya hingga mata kaki, tata rambut konde cepol serta selop.
Baca juga: Menelusuri sejarah Kebaya Encim
Baca juga: Apa arti "pletok" dalam bir pletok?
Baca juga: Jelajah kuliner & budaya Betawi lewat tur virtual keliling ibu kota
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020