... pangan lokal itu harus menjadi harga diri kita dengan cara tetap terus menjaga dan melestarikan hutan," katanya usai web-seminar (webinar) "Ketahanan Pangan Masyarakat sekitar kawasan konservasi berkelanjutan
Kupang (ANTARA) - Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Timur, Timbul Batubara mengatakan hutan menjadi kawasan yang harus dilindungi bersama karena manfaat dari hutan adalah untuk menjaga ketahanan pangan suatu daerah.
"Kita masyarakat NTT harus bisa memanfaatkan kearifan lokal, artinya bahwa pangan lokal itu harus menjadi harga diri kita dengan cara tetap terus menjaga dan melestarikan hutan," katanya usai web-seminar (webinar) "Ketahanan Pangan Masyarakat sekitar kawasan konservasi berkelanjutan" diselenggarakan BBKSA NTT di Kupang, Selasa.
Timbul mengatakan bahwa hutan itu sendiri mampu menjaga ketahanan pangan milik masyarakat, jika terjadi bencana kepanjangan di suaru daerah khususnya di provinsi berbasis kepulauan itu.
Baca juga: Pemprov NTT minta masyarakat keluar dari hutan Besipae
Timbul mencontohkan di kawasan wisata alam Mutis misalnya, ada sekitar 500 kepala keluarga yang menjadi lokal "champion" yang tidak merusak hutan.
"Mereka justru menjaganya karena tahu manfaat dari hutan itu sendiri , selain ketahanan terhadap bencana juga bisa menjadi ketahanan pangan masyarakat," tambah dia.
Tak hanya itu ia menceritakan bahwa masyarakat adat di kawasan wisata Mutis , di Kabupaten Kupang itu juga akan mengusir siapa saja yang merusak hutan di kawasan wisata itu.
Hal seperti ini ujar dia seharusnya bisa menjadi contoh bagi warga masyarakat lain di Indonesia, karena memang keberadaan hutan itu sangatlah penting.
NTT sendiri kata dia merupakan provinsi yang mempunyai banyak makanan lokal selain beras. Beberapa diantaranya adalah Jagung serta Sorgum yang mampu tumbuh di lahan kering.
Baca juga: Pangan lokal NTT didorong jadi sajian utama rumah tangga
Ia mengatakan bahwa dua pilihan pangan lokal itu mampu menjadi makanan alternatif jika memang gagal panen seperti padi terjadi di daerah NTT.
Sementara i tu Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Prof Fred Benu mengatakan di NTT ini berbeda dengan hutan lain di belahan negara Indonesia.
"Hutan di NTT tidaklah padat seperti hutan-hutan lainnya di daerah lain. Di NTT ini di dalam hutan tersebut masyarakat bisa bercocok tanam, serta beternak," ujar dia.
Oleh karena itu sangat disayangkan jika suatu hutan dirusak oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, tentu saja akan merugikan banyak pihak termasuk ketahanan pangan masyarakat di kawasan hutan.
Baca juga: Pengamat: NTT miliki banyak potensi pangan lokal
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020