New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah naik pada Selasa waktu setempat, karena pedagang mengambil isyarat dari melemahnya mata uang AS yang dihantam oleh sebuah laporan bahwa negara-negara Teluk mempertimbangkan akan meninggalkan dolar AS untuk transaksi minyak.
Greenback yang kesulitan cenderung meningkatkan minyak mentah karena komoditas dalam denominasi dolar AS menjadi lebih murah bagi pembeli asing yang memegang mata uang kuat.
Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November naik 47 sen menjadi 70,88 dolar AS per barel.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 52 sen menjadi 68,56 dolar AS per barel.
"Terutama melemahnya dolar AS mendorong sebagian arus masuk modal kembali ke minyak mentah," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch Oil Associates.
Para analis mengatakan tingkat 70 dolar AS "bertindak seperti magnet, yang menjaga menarik kembali pasar setiap kali turun ke 65 atau ke arah 75," katanya.
Tekanan terhadap dolar muncul setelah sebuah laporan di harian The Independent di London mengatakan bahwa negara-negara Arab telah meluncurkan gerakan dengan China, Rusia, Jepang dan Perancis untuk menghentikan penggunaan dolar AS untuk perdagangan minyak.
"Langkah seperti itu, walaupun segera ditolak oleh Arab Saudi, Rusia, UEA dan Aljazair, jelas melemahkan dolar, yang akan mendukung harga minyak - dalam ukuran dolar," kata analis pasar minyak PVM, Tamas Varga.
Qatar dan Kuwait juga membantah laporan itu.
Beberapa analis mengatakan kenaikan harga minyak akan sementara sebelum fundamental mengambilalih.
"Kami pikir dukungan dari dolar yang lebih lemah sementara sebagai kebutuhan pasar untuk melihat lebih kuat fundamental khusus minyak untuk bergerak lebih tinggi," kata Amrita Sen dari Barclays Capital.
Pasar telah khawatir tentang meningkatnya stok minyak sebuah indikasi bahwa ekonomi global masih menghadapi masalah mendorong pertumbuhan dari resesi akibat krisis keuangan.
"Jadi, sekali lagi kekuatan-kekuatan ekonomi makro di luar menyelamatkan minyak dari keruntuhan di bawah tekanan kelebihan pasokan," kata Phil Flynn dari PFG Best, mengutip laporab The Independen.
Laporan mingguan persediaan energi departemen energi AS diperkirakan menunjukkan bahwa "persediaan produk minyak mentah kemungkinan naik minggu lalu," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.
"Meskipun demikian, permintaan investasi untuk minyak harus lebih dari melakukan hal itu."
Menteri Perminyakan Kuwait Sheikh Ahmad Abdullah al-Sabah Syekh Ahmad pada Selasa mengesampingkan setiap peningkatan produksi OPEC tahun ini dan memperkirakan harga minyak akan tetap di 60-80 dolar per barel.
"Tahun ini ada jalan. Ini tidak mungkin," kata menteri kepada wartawan ketika ditanya apakah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat memutuskan untuk meningkatkan produksi pada pertemuan tingkat menteri Desember.
"Pada Desember, OPEC akan melihat situasi pasar tahun depan," kata Sheikh Ahmad, yang mendesak anggota OPEC untuk kepatuhan yang lebih besar dengan kuota produksi.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009