New York (ANTARA) - Wall Street menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) terangkat kenaikan terbesar dalam saham-saham teknologi ketika investor fokus pada potensi lebih banyak langkah-langkah stimulus pemerintah bahkan ketika mereka khawatir tentang peningkatan kasus COVID-19 di Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 153,50 poin atau 0,59 persen menjadi ditutup pada 26.024,96 poin. Indeks S&P 500 meningkat 20,12 poin atau 0,65 persen, menjadi berakhir di 3.117,86 poin. Indeks Komposit Nasdaq melonjak 110,35 poin atau 1,11 persen, menjadi ditutup di 10.056,47 poin.

Nasdaq mencatat rekor penutupan tertinggi keempat bulan ini dengan dorongan terbesar berasal dari Microsoft, Apple, dan Amazon.com.

Baca juga: Wall Street sebagian dibuka jatuh, Indeks Dow Jones turun, Nasdaq naik

Saham Apple naik 2,62 persen, di antara yang berkinerja terbaik dalam indeks 30-saham unggulan. Raksasa teknologi AS itu pada Senin (22/6/2020) meluncurkan beberapa pembaruan besar, termasuk preview versi terbaru dari sistem operasi iPhone, iOS 14, selama Worldwide Developers Conference virtual.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih tinggi, dengan sektor teknologi naik hampir dua persen, melampaui sektor lainnya. Sementara sektor keuangan turun 0,48 persen, merupakan kelompok dengan kinerja terburuk.

Namun keuntungan pasar relatif dibatasi karena investor bergulat dengan ketakutan COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kenaikan rekor dalam kasus Virus Corona global pada Minggu (21/6/2020), mendorong permintaan terhadap aset-aset yang aman termasuk emas dan surat utang jangka panjang pemerintah AS.

Baca juga: Dolar melemah dan mata uang berisiko naik, pasar cerna prospek ekonomi

Jumlah kasus baru Virus Corona yang dikonfirmasi terus meningkat di seluruh Amerika Serikat, menimbulkan pertanyaan tentang pemulihan ekonomi yang cepat dari pandemi.

Lebih dari 2,3 juta kasus COVID-19 yang telah dikonfirmasi telah dilaporkan di Amerika Serikat, dengan lebih dari 120.000 kematian pada Senin sore (22/6/2020), menurut Pusat Sains dan Teknik Sistem (CSSE) di Universitas Johns Hopkins.

Namun penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada CNBC bahwa tidak ada gelombang kedua pandemi dan bahwa tidak mungkin akan ada penutupan luas di seluruh negeri.

Baca juga: Harga emas naik 13,40 dolar AS, dipicu kenaikan kasus COVID-19


Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020