Kampar, Riau (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla, menegaskan bahwa partai yang dipimpinnya sejak 2004 memang belum berpengalaman berada di luar pemerintahan, tetapi juga tak terbiasa meminta-minta kekuasaan.
"Ingat, politik itu hanya dua pilihan. Berada dalam kekuasaan atau mengontrol kekuasaan. Nomor satu itu baik, tetapi nomor dua juga baik," tandasnya ketika berpidato dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) VIII Partai Golkar di Kampar, sekitar 15 menit dari Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau, Senin malam.
Kalau ingin nomor satu lagi, demikian JK, seluruh jajaran Golkar harus bersatu padu dan bekerja keras.
"Tetapi sayang, pada pemilu presiden (pilpres) lalu kita belum berhasil. Di samping karena ada yang tidak bersatu, juga karena memang banyak yang tidak bersatu padu," katanya.
Sekarang, katanya, walaupun Golkar tak terbiasa (berada di luar kekuasaan), tetapi ia mengajak semua kader untuk belajar menjalankan amanat rakyat dari luar kekuasaan dengan mengontrol pemerintahan.
"Mengontrol pemerintahan dan melaksanakan check and balances, itu juga tugas mulia untuk adanya suatu pemerintahan yang kuat serta amanah bagi rakyat. Kita tidak ingin lagi kembali ke zaman orde lama dan orde baru, di mana pemerintah tanpa pengawasan," tandasnya.
Memperdagangkan
JK lalu mengingatkan agar jangan ada di antara para pendukung kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar melakukan berbagai tindakan tidak demokratis dalam Munas ini.
"Saya ingatkan, harus demokratis. Boleh bersuara keras, tetapi jangan bertindak keras. Boleh suara keras, tetapi kepala harus dingin. Semua harus sesuai aturan, prosedural dan demokratis," tegasnya.
Siapapun dia, kata JK, dengan latar belakang apa saja, termasuk pedagang, itu tidak masalah, asalkan demi kejayaan serta kemajuan partai untuk kembali `berkuasa`.
"Pedagang juga itu profesi mulia. Yang tidak mulia, ialah memperdagangkan politik," tandasnya.
JK juga mengatakan, semua kandidat yang muncul, apakah itu Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dan Yuddy Chrisnandi merupakan kader terbaik sekaligus sahabat.
"Pak Ical, Pak Surya, ini ada saudara Tommy, juga Yuddy.... mana Yuddy, semua bersatu, untuk kejayaan dan kemajuan. Dua istilah itu harus saya sebut (kejayaan dan kemajuan)," ujarnya berseloroh.
Sebagimana diketahui, istilah `kejayaan` merupakan salah satu jargon utama kubu Surya Paloh, sedangkan Aburizal Bakrie memilih visi `kemajuan`.
Kaderisasi
Pada bagian lain, JK juga mengeritisi tentang pentingnya regenerasi dan kaderisasi, karena partai menghadapi masa depan yang penuh masalah serta tantangan, internal maupun dari luar.
"Karenanya, perjalanan bangsa ini, membutuhkan persatuan dan keutuhan politik yang baik. Dan Golkar mempunyai kemampuan dan pengalaman serta usaha ke arah itu. Lihat saja, kita telah menjalankan sejak awal banyak hal untuk rakyat yang digerakkan oleh kader-kader yang baik," katanya.
Di setiap era, menurutnya, Golkar bisa menyiapkan kader-kader terbaik sesuai tuntutan generasinya.
"Saat ini, kita mengajukan dan berhasil memposisikan pimpinan MPR RI dari unsur generasi muda yang intelektual, begitu juga di DPR RI, dan saya harapkan berlangsung juga di bidang lainnya," ujar JK.
JK mengatakan, untuk pemilu mendatang, sebaiknya Golkar menyiapkan kader sejak saat ini. "Harus disiapkan sejak sekarang," kata JK yang mengakhiri pidatonya dengan mengucapkan dua pantun.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009