Melbourne (ANTARA News) - Komunitas Indonesia yang berhimpun dalam "Minang Saiyo" dan Komunitas Muslim Indonesia Victoria (IMCV) di Melbourne berhasil mengumpulkan dana bantuan bagi korban gempa Sumatera Barat sedikitnya 10.560 dolar Australia atau Rp87,648 juta.
Seluruh dana yang diperoleh dari sumbangan warga masyarakat Indonesia dan manca negara itu akan dibawa langsung oleh pejabat Pemda Sumbar yang kebetulan sedang berkunjung ke Melbourne.
Sebanyak 4.560 dolar Australia dana yang sementara ini berhasil dikumpulkan organisasi "Minang Saiyo" Melbourne telah pun diserahkan langsung kepada Masrul Zein di sela acara silaturahmi para pengurus dan jamaah IMCV dengan empat wartawan Indonesia di Masjid Indonesia "Westall", Clayton, Senin malam.
"Kami akan menyalurkan bantuan ini sesuai harapan kita bersama," kata Masrul Zein di depan jamaah yang menghadiri acara silaturahmi dengan wartawan ANTARA, Republika, dan TV One yang sedang mengikuti Program "Kunjungan Media Internasional" Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia itu.
Aksi kemanusiaan "Minang Saiyo" dan IMCV Melbourne itu merupakan bagian dari gerakan massif berbagai kantong masyarakat Indonesia di Australia untuk mengumpulkan donasi publik bagi para korban gempa Sumbar.
Sehari sebelumnya, Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Perhimpunan Indonesia Queensland (PIQ) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Queensland juga menggelar aksi yang sama di acara "halal bi halal" Idulfitri 1430 Hijriah masyarakat Indonesia di Taman Svoboda Kuraby.
Kegiatan tersebut berhasil pengumpulan dana sebesar 3.161,7 dolar Australia atau sekitar Rp25 juta dalam tiga jam.
Panitia "halal bi halal", Malia Rita Ningsih, mengatakan, pihaknya akan menyalurkan sumbangan bagi para korban gempa berkekuatan 7,6 pada Skala Richter yang memporakporandakan kota Padang dan beberapa wilayah lain di Sumbar 30 September lalu itu melalui lembaga kemanusiaan kredibel Australia.
"Bagi para penyumbang yang ingin mendapatkan tanda bukti sumbangan bagi kepentingan pengurangan pajak (tax deductable), kami akan mengirimkan buktinya ke alamat rumah mereka," kata Malia saat menyampaikan perihal kegiatan pengumpulan sumbangan di acara yang dihadiri sedikitnya 200 orang itu.
Selain warga masyarakat Indonesia dari lintas agama, acara halal bi halal yang diisi dengan doa khusus bagi para korban yang dipimpin mantan Presiden IISB, Dedi Muhammad Siddiq, itu juga dihadiri para orang tua dan anak dari hasil kawin campur Indonesia-Australia, dan sejumlah warga Muslim Timur Tengah dan Malaysia.
Gelang Emas
Sejak hari pertama bencana, berbagai komunitas Indonesia di Australia terus bergerak untuk mengumpulkan dana bantuan. Di kota Sydney misalnya, komunitas Indonesia yang berhimpun dalam organisasi "Minang Saiyo" sudah mengumpulkan sumbangan publik sebesar 15.757,10 dolar Australia ditambah satu gelang emas.
Sumbangan senilai lebih dari Rp130,7 juta itu dikumpulkan para relawan "Minang Saiyo" pimpinan Syamsul Bahri ini dari warga masyarakat Indonesia dan sumbangan sejumlah masjid di kota Sydney.
Di antara masjid-masjid yang ikut mendukung aksi pengumpulan dana "Minang Saiyo" bagi para korban gempa Sumbar itu adalah Ahlussunnah wal Jamaah Belmore, Al Hijrah Tempe, Zetland/AFIC Sydney dan Musalla Macquarie.
"Dalam waktu yang terbatas, kita berharap bisa mengumpulkan dana minimal 30 ribu dolar (lebih dari 240 juta rupiah). Pada saat bencana tsunami 2004, kita juga melakukan aksi pengumpulan sumbangan publik bagi para korban. Saat itu, alhamdulillah, kita mampu mengumpulkan 16 ribu dolar Australia," kata Syamsul Bahri.
Ia mengatakan, seluruh sumbangan yang dikumpulkan "Minang Saiyo" Sydney akan disalurkan kepada para korban melalui Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Sumbar.
"Kita sudah bekerja sama dengan PKPU selama empat tahun. Terakhir kita bekerja sama membantu para korban gempa Sumbar tahun 2007. Alhamdulillah, saat itu kita mampu mengumpulkan dana sumbangan sebesar 27 ribu dolar Australia," katanya.
Gerakan solidaritas yang sama juga dilakukan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) lewat kotak amal salat Jumat, dan kantong-kantong komunitas Indonesia di berbagai kota besar dan kecil Australia lainnya, termasuk Darwin dan Alice Springs, negara bagian Northern Territory.
Bencana yang terjadi 30 September lalu itu, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah menewaskan sedikitnya 603 orang. Jumlah korban jiwa dikhawatirkan bertambah karena ada 343 orang lainnya yang menurut BNPB belum ditemukan.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009