Sekarang fokus dari pemerintah adalah mengejar agar kuartal III dan IV ekonominya bisa kembali pulih dari situasi kontraksi pada kuartal II

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengejar pemulihan ekonomi Indonesia akibat dampak pandemi COVID-19 pada kuartal III dan IV 2020, setelah pada kuartal I dan II dipastikan terjadi kontraksi sangat dalam.

“Sekarang fokus dari pemerintah adalah mengejar agar kuartal III dan IV ekonominya bisa kembali pulih dari situasi kontraksi pada kuartal II,” kata Sri Mulyani dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.

Sri Mulyani mengatakan kontraksi paling dalam akan terjadi pada kuartal II mengingat April dan Mei merupakan masa-masa gencar diterapkannya PSBB yang akhirnya mampu menekan hampir seluruh aktivitas perekonomian.

“Kondisi April dan Mei yang sangat menekan itu merupakan kondisi terburuk sehingga Juni dan Juli kita sudah bisa melihat adanya sedikit perbaikan dan momentumnya bisa dijaga di kuartal III dan IV,” katanya.

Baca juga: Pengamat: Stimulus bakal perkuat daya tahan industri dan UMKM

Oleh sebab itu Sri Mulyani memastikan pihaknya beserta Bank Indonesia akan menggunakan instrumen kebijakan fiskal dan moneter secara baik dalam rangka merealisasikan pemulihan ekonomi nasional pada kuartal III dan IV.

“Ini menjadi fokus pemerintah dalam menggunakan instrumen kebijakannya dan Gubernur BI akan terus mengawal agar momentum pemulihan di kuartal III dan IV bisa terealisasi,” tegasnya.

Sementara itu ia mengatakan untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dipangkas dari 2,3 persen sampai terkontaksi 0,4 persen menjadi 1 persen hingga terkontraksi 0,4 persen.

Baca juga: Sri Mulyani pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020, ini sebabnya

“Ini karena tadi upper end nya 2,3 persen kita revisi ke bawah dengan melihat kontraksi yang terjadi di kuartal II,” ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dilakukan oleh World Bank nol persen, OECD terkontraksi 2,8 persen hingga 3,9 persen, serta ADB minus 1 persen yang tadinya tumbuh di atas 2 persen.

“IMF pada April lalu menyampaikan Indonesia hanya akan tumbuh 0,5 persen dan tahun depan di atas 8 persen. Tapi IMF akan melakukan revisi pada Juli nanti,” katanya.

Selanjutnya Sri Mulyani menuturkan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 pemerintah memprediksikan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen.

“Ini (proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021) bisa diharapkan menimbulkan confidence bagi kita,” ujarnya.

Baca juga: ADB perkirakan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 1 persen pada 2020

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020