Kerinci, Jambi (ANTARA News) - Korban gempa di Desa Lolo Gedang dan PS Kerman, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi kekurangan tenda dan selimut, sehingga satu tenda terpaksa dihuni tujuh kepala keluarga (KK) atau 50 jiwa.

Untuk selimut, korban gempa tersebut masih menggunakan kain biasa, karena selimut mereka sudah tidak layak pakai akibat tertimbun reruntuhan bangunan rumah, kata Jarwati (40), seorang korban gempa, Minggu.

Dia mengatakan hari pertama gempa, enam KK masih tidur di tenda plastik di depan rumahnya yang rusak berat, pada siang harinya tenda mereka bocor dan sobek ditiup angin kencang disertai hujan lebat.

Mereka langsung bergabung dan tenda Ny Jarwati yang masih lumayan bagus. Tenda berukuran 6x4 meter itu dihuni sekitar 50 jiwa yang sebagian besar adalah anak-anak balita.

Selama berada dalam tenda sempit itu, setiap malam anak-anak tidak luput dari hembusan angin dingin, sehingga sekarang lima dari 24 anak balita dalam tenda itu terserang flu, batuk dan panas tinggi.

Anak-anak baru saja dapat bantuan obat-obatan dari posko Desa Lolo Gedang-Ps Kerman yang berjarak sekitar 50 meter.

"Kami sangat membutuhkan bantuan tenda dan selimut karena rumah tidak bisa lagi dihuni, sudah rusak berat," katanya.

Tenda berukuran 4x6 meter itu ditutupi tiga lembar terpal yang merupakan pinjaman dari Dinas Sosial kabupaten setempat, bukan untuk dimiliki tapi sampai batas waktu yang ditentukan dikembalikan lagi.

Dia menjelaskan tujuh KK di tenda itu baru saja mendapatkan bantuan dari masyarakat peduli korban gempa berupa mie instan delapan bungkus, beras lima kilogram dan dua kaleng sarden kecil.

Bantuan itu cukup untuk menyambung hidup satu hari, berikutnya siapa tahu masih ada dermawan yang bermurah hati untuk membantu, katanya.

Sekretaris posko gempa bumi Desa Lolo Gedang-Ps Kerman mengatakan korban gempa di dua desa itu sekitar 960 jiwa, dan dari jumlah itu yang mendapatkan bantuan tenda dan selimut baru sekitar 20 persen, sisanya masih menggunakan tenda plastik tua dan selimut kain usang.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009