London (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada Minggu bersikeras dapat menang perang di Afghanistan dan tentara akan tinggal "selama mungkin untuk menuntaskan tugas".

Rasmussen juga menekankan bahwa terlalu dini menyebut jumlah tentara tambahan untuk dikirim ke Afghanistan, saat Presiden Amerika Serikat Barack Obama mempertimbangkan permintaan panglima Amerika Serikat Jenderal Stanley McChrystal untuk 40.000 lagi tentara.

Atas harapan kemenangan di Afganistan, ia mengatakan, "Dapat dicapai dan kami akan berhasil, karena kami memilih pendekatan benar. Kami memerlukan pendekatan baru. Kami perlu pendekatan berpusat pada rakyat."

Walaupun "terlalu dini" menanggapi masalah jumlah tentara tambahan, yang diperlukan, katanya, tentara Afganistan bisa dibangun menjadi sekitar 130.000 tentara dan 80.000 polisi.

"Saya pikir penting menekankan bahwa kami tetap berbakti. Kami akan tinggal di Afghanistan selama diperlukan untuk menuntaskan pekerjaan kami, tapi tentu tidak selama-lamanya," katanya.

Sejumlah 1.442 tentara persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO dan pimpinan Amerika Serikat tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan negara adidaya tersebut pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, kata hitungan kantor berita Inggris Reuters.

Tahun ini adalah yang paling mematikan bagi tentara asing sejak 2001, dengan 394 kematian, 236 di antara mereka warga Amerika Serikat, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka laman mandiri icasualties.org.

NATO berjuang memadamkan perlawanan maut, yang meluas ke seluruh Afghanistan, hampir delapan tahun sesudah pegaris keras Taliban digulingkan dari kekuasaan.

Afganistan timur mengalami peningkatan kekerasan baru-baru ini saat pejuang terkait Taliban menyebar jejak kaki mereka melewati wilayah kekuasaan mereka di selatan.

Pemikir Dewan Keamanan dan Pembangunan Antarbangsa berpusat di London memperkirakan Taliban kini hadir di 80 persen dari Afganistan.

Mariam Abou Zahab, dari Pusat Kajian dan Penelitian Antarbangsa (CERI) di Paris, mengatakan, "Taliban dalam keadaan kuat. Mereka mau menunjukkan bahwa mereka di mana-mana."

Keamanan memburuk di utara dan barat, yang sebelumnya tenang, dan serangan pejuang meningkat sebelum pemilihan presiden pada 20 Agustus.

Seperti di selatan dan timur, pertempuran antara pejuang dan pasukan asing kini menjadi kejadian sehari-hari.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adi daya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Peledak rakitan IED menjadi senjata terpilih pejuang Taliban dalam perlawanan kian mematikan di Afganistan, dengan jumlah tertinggi tentara asing tewas di negara tersebut pada tahun ini.

Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.

IED biasanya buatan sendiri, yang diledakkan dengan kendali jarak jauh dan sering berserakan di jalan dan jalan raya, yang dipakai tentara asing, khususnya di kubu Taliban di propinsi Helmand dan Kandahar.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009