Pariaman (ANTARA News) - Evakuasi terhadap lebih kurang 400-an warga di Pulau Koto, Lubuk Laweh Kenagarian Tandikek dan Cumanak Nagari Lareh Panjang, Kabupaten Padangpariaman, Sumbar terus dilanjutkan dengan mengandalkan dua unit alat berat.
Posko Polda Sumatra Selatan (Sumsel) yang melakukan indentifikasi mayat yang dievakuasi di Pulau Air, Nagari Tandikek, mencatat hingga Minggu pagi jumlah korban yang sudah berhasil dievakuasi secara manual sebanyak 21 jasad di tiga perkampungan penduduk itu.
Pencarian korban gempa disertai tanah longsor Gunung Tigo, Tandikek itu, sejak hari pertama pascagempa 30 Oktober 2009 itu, dilakukan tanpa alat berat karena minimnya peralatan.
"Kita hanya mengandalkan cangkul milik masyarakat dan ada mesin pemotong kayu yang didatangkan dari Riau," kata seorang petugas SAR yang enggan disebutkan namanya.
Terkait, satu unit alat berat escavator sampai ke lokasi pada Jumat sore, tetapi material longsor campuran tanah, batu dan pohon kayu sehingga tak maksimal.
Namun, sejak Minggu (4/10) sudah dua unit alat berat beroperasi, termasuk sejummlah truk pengangkut material longsor, berupa bantuan dari PT Jaya Konstruksi di Payakumbuh yang sampai di lokasi Sabtu malam.
Tiga perkampungan penduduk di Kenagarian Tandikek, Kecamatan Patamuan Padangpariaman itu, sedikitnya dihuni sekitar 150 kepala keluarga (KK)
Laporan dari masyarakat yang masih tersisa warga di Dusun Lubuk Laweh --pemukiman penduduk yang padat dari tiga dusun tertimbun longsor itu--, hanya sekitar 15 orang yang tersisa.
Upaya evakuasi pada hari ketiga pascagempa juga berdatangan, termasuk tim Rescue dari Jepang dan Swiss dengan mengandalkan seekor anjing pelancak.
Salah seorang Tim Dokter Posko Kesehatan Polda Sumatra Selatan (Sumsel), Iptu, Rahmat Fajar, menyebutkan mayat korban yang berhasil dievakuasi kemudian dilakukan identifikasi di posko.
Selanjutnya, bagi warga yang mengenal jasad korban atau mengaku adalah pemiliknya, dipersilahkan untuk segera menguburkannya.
"Kita hanya memberi batas waktu mayat yang berhasil dievakuasi berada di posko hingga sorenya, guna menghindari bauk tak sedap menyebar di lingkungan posko,"katanya.
Terkait, memasuki hari keempat pascagempa jasad korban yang ditemukan sudah mulai membusuk sehingga perlu segera penguburannya.
"Kalau dibiarkan lama di lingkungan posko, tentu dampaknya terhadap aktivitas dan kondisi kesehatan petugas. Tapi mayat-mayat yang telah ditemukan sudah dikuburkan semua pihak keluarga dan penduduk setempat," kata Rahmat.
Pantauan ANTARA di lokasi, menunjukkan bekas perkampungan penduduk yang berada di keliling bukit itu, seperti 100 hektare lahan kosong yang baru digarap untuk dijadikan perkebunan karena hanya hamparan tanah kuning yang terlihat.
Tetapi ketika menelusuri tumpukan-tumpukan tanah kuning yang diwarnai batang pohon durian dan kelapa, masih terlihat serakan puing-puing bangunan rumah dan pakaian.
Sedangkan rumah yang masih terlihat berdiri sudah rusak dan tak lagi layak huni, bahkan ada yang rata dengan tanah.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009