Karena sejumlah pembatalan acara formal Juneteenth akibat kekhawatiran terhadap COVID-19, para aktivis menyiapkan kegiatan peringatan secara daring serta pawai masyarakat dan kendaraan di beberapa kota besar.
Di samping nuansa perayaan yang semarak, pengelola acara peringatan Juneteenth juga tetap menghadirkan semangat melawan diskriminasi dan menuntut reformasi untuk menghentikan kekerasan dalam penegakan hukum di AS.
Salah satu titik penting peringatan ini adalah Atlanta, yang merupakan pusat pergerakan hak sipil pada 1960-an, dengan sekitar seribu orang berkumpul di Taman Centennial Olympic untuk melakukan pawai.
Bagaimanapun, peringatan Juneteenth tahun ini dipertegas dengan konteks gerakan Black Lives Matter terkait kasus kematian George Floyd yang memunculkan lagi perjuangan menentang rasisme.
Pasca tragedi pembunuhan Floyd--seorang kulit hitam--oleh polisi kulit putih pada 25 Mei lalu di Minneapolis, AS, aksi Black Live Matter kini memasuki pekan keempat dengan lingkup yang lebih luas di sejumlah negara di dunia.
Terkait hal itu, di Atlanta sendiri bahkan terjadi tragedi serupa yang menelan korban jiwa lain, yakni Rayshard Brooks, seorang Afrika-Amerika yang ditembak oleh polisi di sebuah area parkir restoran cepat saji pada 12 Juni lalu.
Juneteenth sendiri merupakan peringatan penghapusan perbudakan di AS di bawah Proklamasi Emansipasi oleh Presiden Abraham Lincoln tahun 1863, yang kemudian baru diumumkan oleh Union Army di Galveston, Texas, pada 19 Juni 1865--setelah Perang Saudara usai.
Negara Bagian Texas menjadikan 19 Juni sebagai hari libur mulai 1980, lalu 45 negara bagian lainnya serta Distrik Columbia mengikuti. empat orang senator dari Partai Demokrat berencana mengusulkan Juneteenth menjadi libur nasional.
Sementara khususnya tahun ini, sejumlah perusahaan besar AS mengumumkan Juneteenth sebagai hari libur berbayar.
Sumber: Reuters
Baca juga: Menhan AS tolak rencana pengerahan militer untuk akhiri unjuk rasa
Baca juga: Rayshard Brooks tewas ditembak, eks polisi Atlanta serahkan diri
Baca juga: Kasus George Floyd dan krisis demokrasi Amerika Serikat
Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020