Surabaya (ANTARA News) - Seekor Hiu Tutul ditemukan nelayan dalam kondisi mati di Selat Madura, sehingga ikan sepanjang tujuh meter itu kini menjadi tontonan ratusan warga Surabaya dan sekitarnya.
"Penemuan ikan tersebut membawa berkah tersendiri bagi kami, karena pendapatan dari melaut sedang sepi-sepinya," kata nelayan penemu Hiu Tutul, Rofii, kepada ANTARA di Kelurahan Tambak Wedi, Surabaya, Sabtu.
Lokasi penemuan Hiu Tutul itu, katanya, berada sejauh tiga mil ke arah timur dari perairan di kolong Jembatan Tol Suramadu. Penemuan itu berawal ketika ia dan temannya bernama Salam berangkat melaut pada Jumat (2/10) pukul 08:30 WIB.
"Tepat pukul 09:00 WIB, tiba-tiba kami melihat seekor Hiu Tutul terapung. Waktu itu kami belum bisa memastikan ia mati atau hidup," ujarnya.
Untuk itu, ia kembali ke tepi laut dan meminta tolong kepada sejumlah rekannya. Setelah mereka memastikan bahwa ikan yang ditengarai anak hiu dengan berat satu ton tersebut langsung dibawa ke tepi laut.
"Tak tanggung-tanggung ada lima unit kapal motor berukuran kecil atau sebanyak 40 orang nelayan berkenan menarik ikan tersebut," katanya.
Setelah ditemukan pukul 09:00 WIB, ia mengaku, ikan itu sampai di tepi laut pada pukul 24:00 WIB. Setibanya di tepi laut, pihaknya mendirikan pagar pembatas dari bambu dan ditutupi kain terpal berwarna biru.
"Serentak beberapa warga masyarakat Kelurahan Tambak Wedi mengerumuni hiu temuan kami," katanya.
Mukran, nelayan di Kelurahan Tambak Wedi yang ikut membantu menarik ikan itu, menambahkan, penemuan hiu itu merupakan kejadian pertama di kampungnya.
Bagi masyarakat yang ingin melihat bentuk fisik ikan itu dikenakan tiket masuk Rp2.000,00 per orang.
"Namun, bagi pengunjung usia anak-anak, kami mengenakan biaya Rp1.000,00 per orang. Sejak ditepikan kemarin hingga hari ini, ada ratusan pengunjung yang penasaran dengan Hiu Tutul itu," katanya.
Pemberlakuan tiket itu, kata dia, dialokasikan untuk membayar parkir kendaraan dan mengganti bahan bakar minyak (BBM) yang dikeluarkan saat menarik ikan itu.
"Saat menarik anak hiu tersebut, kami menghabiskan Rp35.000,00 atau sekitar tujuh liter solar," katanya.
Selain itu, ia melanjutkan, uang yang terkumpul dari tiket masuk yang dibayarkan pengunjung akan dimasukkan ke kas Koperasi Nelayan Cumi-cumi RW II Kelurahan Tambak Wedi Surabaya.
"Di sisi lain, apabila ikannya sudah berbau busuk kami akan membuangnya ke laut. Kemungkinan pekan depan akan kami kembali ke laut," katanya.
Sebelumnya, di Koperasi Nelayan yang tak jauh dari Koperasi Nelayan Cumi-cumi, telah tiga kali menemukan hiu serupa. Mereka mengaku, sejumlah ikan tersebut kerap muncul menjelang datangnya musim "ketigo" (musim kemarau dalam bahasa Jawa) seperti saat ini.
"Saat itu, mereka akan muncul berkoloni dan melintas di perairan ini. Selain Hiu Tutul, banyak jenis dan ukuran beragam yang sering terlihat oleh para nelayan, semisal Hiu Hijau dan Hiu Biru," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009