Jakarta (ANTARA News) - Kubu kandidat Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) mengumpulkan sumbangan untuk korban gempa di Sumatra Barat sebesar Rp6,9 miliar.
Dana tersebut terkumpul secara spontanitas dalam deklarasi dukungan 376 DPD I dan II di Jakarta, Sabtu.
Ical yang memprakarsai sumbangan tersebut menyumbang Rp1 miliar, lalu berturut-turut pengurus DPD menyumbang dalam jumlah yang bervariasi. Jumlah sumbangan terkecil diserahkan oleh kaum muda kader Golkar sebesar Rp5 juta.
Menurut Ical, sumbangan tersebut sebagai bentuk solidaritas Golkar kepada korban gempa. Menko Kesra ini menambahkan, dana yang terkumpul akan segera disalurkan kepada para korban. "Ini murni untuk solidaritas kepada para korban," kata Ical.
Juru bicara Tim Sukses Ical, Idrus Marham menambahkan, sumbangan yang terkumpul tidak ada kaitan dengan politik. Sumbangan tersebut murni muncul dari rasa solidaritas terhadap korban gempa.
"Tak ada kaitannya dengan politik pencitraan. Kalau pun menjelang munas, itu hanya kebetulan saja," kata dia.
Idrus juga memastikan bahwa musibah gempa bumi di Padang tak berpengaruh terhadap jadwal munas. Berdasarkan laporan dari panitia, persiapan pelaksanaan munas sudah final.
"Tak ada masalah dengan persiapan munas. Kita tinggal menunggu waktu saja," pungkasnya.
Sementara itu, Ical mengklaim sudah mengantongi dukungan 386 peserta munas, terdiri atas 376 DPD I dan II serta 10 organisasi masyarakat (ormas) pendiri dan yang didirikan Golkar.
Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan, selama lima tahun ke depan Golkar akan memposisikan secara proporsional, yakni akan mendukung program pemerintah yang prorakyat, tapi tetap kritis terhadap program-program yang merugikan rakyat.
"Sebagai partai politik, Golkar tidak akan kehilangan identitasnya dalam mengawal aspirasi rakyat. Karena itu Golkar berupaya bertekad memperjuangkan kepentingan rakyat. Kalau ada kebijakan yang tidak memihak, ya akan dikritisi," kata Akbar.
Pihaknya tak khawatir pengalaman buruk selama lima tahun terulang jika Golkar bergabung dengan pemerintahan. Menurut dia, kendala utama Golkar selama lima tahun terakhir karena tidak ada elite partai yang secara intensif menyosialisasikan program-program prorakyat. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009