Jakarta (ANTARA News) - Penanggulangan bencana gempa bumi di Sumatera Barat yang dilakukan pemerintah dinilai sudah sesuai prosedur tapi masih lamban dan panik, kata Koordinator LSM Goverment Watch, Farid Faqih, di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan, kelambanan tersebut disebabkan infrastruktur jalan dan medan menuju ke lokasi bencana rusak serta keterbatasan peralatan.
"Kelambanan penanganan tersebut menyebabkan korban yang luka-luka menjadi meninggal, karena terlambat mendapatkan pertolongan," kata Farid Faqih pada diskusi "Polemik Penanganan Bencana" di Jakarta.
Dijelaskannya, evakuasi korban yang terjebak dalam reruntuhan gedung hingga hari kedua, Kamis (1/10) masih dilakukan secara manual menggunakan linggis, palu, dan cangkul, yang sangat lamban. Baru pada hari ketiga, Jumat (2/10), upaya evakuasi korban dilakukan menggunakan alat berat.
"Padahal, daya tahan manusia tidak makan dan tidak minum sama sekali hanya sekitar dua hingga tiga hari. Jika upaya evakuasi bisa dilakukan lebih mungkin korban selamat lebih banyak yang bisa diselematkan," katanya.
Menurut dia, alat berat yang digunakan hendaknya tidak hanya eksavator juga dilengkapi dengan alat berat yang memiliki capit seperti kepiting, sehingga bisa mengangkat atau menggeser puing.
Ia juga mengusulkan, agar pemerintah memiliki peralatan penanganan bencana yang spesifik gergaji beton, peralatan tambang, pesawat pesawat helikopter jenis chinook yang mampu beroperasi selama 24 jam.
Ketua Umum Gerakan Ekonomi dan Budaya Minang (Gebu Minang), May Jend TNI (Purn) Asril Tanjung menambahkan, penanganan bencana alam di Sumatera Barat sudah sesuai prosedur tapi belum maksimal.
Ia mencontohkan, lokasi bencana di kota Padang yang mudah dijangkau sudah mendapat bantuan sejak hari pertama gempa, tapi ada lokasi bencana di Kabupaten Padang Pariaman yang agak sulit dijangkau, belum tersentuh bantuan hingga hari ketiga, Jumat (2/10).
Jika distribusi bantuan ini tidak dikoordinir dengan baik, ia mengkhawatirkan, ada korban bencana yang lokasinya mudah dijangkau mendapat bantuan berkali-kali tapi ada juga korban bencana yang lokasinya sulit dijangkau tidak mendapat bantuan sama sekali.
Ia mengusulkan kepada pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Sumatera Barat, yang menangani bencana, agar membentuk tim relawan sampai ke tingkat desa dan penyaluran bantuan bencana melalui satu koordinasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
Ia juga mengusulkan bantuan dalam tanggap darurat berupa makanan, pakaian, selimut, obat-obatan dan tenda, bisa segera disampaikan langsung kepada korban bencana guna menjaga kondisi korban tetap sehat.
"Gebu Minang juga sudah menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada korban gempa di Sumatra Barat," katanya.
Bencana gempa bumi berkekuatan 7,6 SR yang terjadi di Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat, Rabu (30/9) pukul 17:16, hingga saat ini telah menewaskan sekitar 550 orang dan ratusan luka-luka, yakni di Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Pariaman, dan Kabupaten Pasaman.
Sementara itu, lembaga internasional yang membantu penanganan korban gempa di Sumatera Barat menyebutkan, korban tewas sudah mencapai 1.100 orang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009