Denpasar (ANTARA News) - "Organ Budaya Indonesia" menampilkan beragam bentuk seni dari berbagai daerah untuk menghibur masyarakat di Kota Denpasar dan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
Jonas Sestakresna, salah seorang penggerak Organ Budaya Indonesia di Denpasar, Sabtu menjelaskan bahwa kegiatan kali ini merupakan upaya untuk membangun jaringan seniman yang kuat dari beragam seni.
"Untuk di Taman Budaya Bali di Denpasar akan ditampilkan pertunjukan musik kontemporer, yakni Redy `Etnicholic` Eko Prasetyo dari Malang, Elektrocore dari Yogyakarta dan Wukir Suryadi yang dikenal dengan gitar bambunya," katanya.
Para seniman itu dijadwalkan tampil di taman budaya pada 3 Oktober malam sekaligus memeriahkan pembukaan pameran lukisan karya I Gusti Putu Hardana Putra yang akrab dipanggil Wiss berjudul "Turn The TV Off".
Pada 6 Oktober akan ditampilkan "performance art" menampilkan Ilham J Badday dari Surabaya dan Arie Putra dari Denpasar. Pada 9 Oktober menampilkan pertunjukan musik akustik, yakni Basic dari Karangasem dan Navicula.
"Untuk 11 Oktober kami tampilkan video art hasil karya saya sendiri dan karya Tillbringa Sommaren," kata Jonas, seniman asal Malang yang juga alumni sastra Universitas Udayana itu.
Selain di Denpasar, katanya, para seniman itu juga akan tampil di "T" Art Space, Ubud yang sekaligus memeriahkan pameran lukisan karya perupa asal Malang, Yosa Batuprasada dengan judul "Howmuch 2 Homage".
Pameran Yosa yang menampilkan 15 lukisan akan digelar 4 hingga 10 Oktober, sedangkan pameran Wiss mulai 3 hingga 11 Oktober.
Wiss menjelaskan bahwa pameran itu merupakan kritik terhadap budaya Bali yang dinilainya sudah mapan dengan mengambil model-model yang sudah dikenal banyak orang, seperti Monalisa.
"Pada lukisan berjudul `Tut Ayu Monalisa` itu, saya menggambarkan Monalisa yang tangannya saya ganti sedang membuat sesajen atau banten. Saya membayangkan, seandainya Monalisa lahir dan besar di Bali, dia tidak akan bisa tampil sesantai itu," katanya.
Lulusan ISI Denpasar itu mengemukakan bahwa dirinya merasakan bahwa Bali yang digambarkan sebagai tujuan wisata yang indah, eksotik dan sangat nyaman, sebetulnya menyimpan masalah dalam hal budaya.
Sementara Yosa mengatakan bahwa pameran ini merupakan wujud penghargaan terhadap karya-karya pelukis lama, seperti Van Goh, Pablo Picasso dan lainnya. Jadi yang dia garap adalah karya artistik orang lama dengan perlakuan seni rupa modern.
Menurut dia, kalau zaman seni post impresionis itu bekas guratan kuasnya sangat terlihat, saat ini sudah tidak lagi karena dunia seni rupa sudah banyak dipengaruhi oleh kecanggihan komputer atau cetakan sehingga banyak menampilkan warna blok.
"Organ Budaya Indonesia", menurut Jonas dibentuk untuk mengumpulkan para seniman yang aktivitas terbatas jika hanya mengandalkan komunitas mereka.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009