Padang (ANTARA News) - Wajah perempuan usia paruh baya itu masih pilu dan mengaku masih terguncang jika mengingat adegan penyelamatan dirinya sendiri dari reruntuhan gedung Hotel Ambacang, tempat yang kerusakannya termasuk yang terparah akibat gempa di Sumbar.
Desnelita (45), perempuan paruh baya itu, selamat dari musibah gempa bumi berkekuatan 7,9 SR, pada Rabu (30/9), akibat terpeleset dan jatuh. Tapi, justru karena jatuh itulah dia terhindar dari balok kayu yang ambruk dan terhenti beberapa centimeter di atas kepalanya.
Desnalita kepada ANTARA, dua hari setelah kejadian itu, mengatakan, dirinya selamat dari musibah gempa yang menghancurkan reruntuhan bangunan di Hotel Ambacang.
"Tidak disangka saya bisa memanjat jendela hingga akhirnya keluar dari lantai dua hotel itu," katanya ketika ditemui duduk di depan posko evakuasi korban gempa di Hotel Ambacang, di pusat Kota Padang itu.
Des yang menjabat Kasi Teknologi Pengolahan Hasil di Dinas Perikanan dan Kelautan Sumbar itu selamat bersama 14 orang lainnya yang menjadi peserta seminar di hotel itu.
Perempuan yang memiliki tiga anak itu bercerita, ketika itu pukul 17.00 WIB pada Rabu sore saat gempa hebat itu terjadi.
Des, yang saat itu menjadi panitia, sedang berdiskusi dengan Azrina (staf Hotel Ambacang) dan Aswad (staf DKP) soal penempatan kamar peserta, karena sesuai rencana seminar itu akan berlangsung tiga hari, hingga Jumat.
Menurut dia, saat gempa terjadi tiba-tiba dia sontak berlari ke arah pintu keluar di lantai dua itu bersama dua rekannya. Ketika tiba di pintu yang mengarah k tangga di lantai satu tiba-tiba petugas setempat mengatakan bahwa tangga itu telah ambruk sehingga jalan keluar sudah terhambat.
Selanjutnya Des bersama puluhan peserta lainnya berlarian ke arah kolam yang terdapat di sana serta ruangan lain di hotel itu guna menghindari dinding dan balok yang mulai berjatuhan dari hotel lantai empat itu.
"Saya tidak tahu harus ke mana, yang pasti hanya menghindari balok yang berjatuhan itu," katanya sambil termenung membayangkan situasi ketika itu.
Dalam upayanya menyelamatkan diri di tengah balok yang sedang runtuh itu, dia terpeleset. Tapi, akibat kejadia itu, dia justru terhindar dari balok yang hampir mengenai kepalanya.
"Jika difikirkan sekarang, rasanya tidak akan sanggup, tapi saya ingat anak saya tiga orang di rumah," katanya sambil menitikkan air matanya.
Perempuan kulit putih berjilbab itu terus berusaha menembus balok kayu dan reruntuhan dinding hotel itu.
Tiba-tiba, katanya, tangan saya ditarik seorang ibu peserta dari belakang untuk menolong melepaskan kakinya dari timpaan balok kayu.
"Saya berusaha memanggil seorang peserta berbaju merah, bapak-bapak, untuk menolong ibu itu tapi dia tidak mengacuhkannya," katanya. Dia mengaku tidak mengenal perempuan yang menarik kakinya tersebut.
Kaki perempuan itu akhirnya bisa keluar, namun dia tidak tahu lagi nasib orang yang minta tolong tersebut.
Selanjutnya Des terus berjalan mencari jalan untuk ke luar hingga akhirnya bertemu seseorang yang menunjukkan sebuah jendela untuk ke luar dari hotel naas itu.
"Ayo sini, jalan ke luarnya ada di sini," katanya menirukan perkataan laki-laki itu.
Des selanjutnya mengikuti laki-laki itu dan dengan dibantu teman lainnya berhasil memanjat jendela dan keluar dari hotel itu.
"Rasanya seperti mukzizat Allah saja, kejadian itu begitu cepat dan hingga kini saya tidak terlalu persis mengingatnya," katanya.
Des mengatakan, dirinya akan terus menunggu informasi terkait keberadaan teman-temannya di dalam gedung tersebut.
"Saya ingin tahu soal Aswad, karena dia sahabat saya, anaknya baik," kata Des sambil berlinang air mata.
Sebelumnya, di Hotel Ambacang yang kini rata dengan tanah itu, pada Rabu (30/9) dilaksanakan dua seminar oleh instansi DKP dan Asuransi.
Seminar DKP tersebut dilaksanakan di lantai II hotel dengan jumlah peserta sebanyak 35 orang.
Ketika gempa terjadi peserta seminar kalang kabut dan hanya 14 orang yang selamat. Selanjutnya delapan peserta dievakuasi dan ditemukan jadi mayat pada Rabu malam dan Kamis.
Pada Jumat (2/10) tim SAR kembali berusaha mengevakuasi 13 korban lainnya bersama sekitar 80-an orang yang masih tertimbun di hotel terletak di samping Hotel Bumi Minang itu.
Des mengaku trauma, namun perempuan itu hingga kini masih berada di lokasi tersebut guna menunggu informasi rekan lainnya sesama peserta seminar itu.
"Kabarnya ada delapan orang lagi yang masih hidup, mudah-mudahan mereka bisa selamat," katanya.
Hingga Jumat terdata sebanyak 448 korban ditemukan meninggal akibat gempa bumi berkekuatan 7,9 SR dengan kedalaman 71 berlokasi pada 53 km barat daya Pariaman.
Korban meninggal umumnya ditemukan di sela reruntuhan bangunan lantai dua dan tiga. Diperkirakan hingga tiga hari setelah gempa itu masih ada ratusan warga yang masih terjebak di dalam reruntuhan hotel, gedung, dan ruko yang rusak parah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Satkorlak Penanggulangan Bencana, hingga Jumat sore rincian jumlah korban gempa di Sumatra Barat (Sumbar) yakni korban tewas sebanyak 448 orang, luka berat (237 orang), luka ringan (2.099 orang).
Rumah rusak berat (11.945 unit), rusak sedang (3.046 unit), rusak ringan ( 5.468 unit).
Korban tewas sebanyak itu merupakan yang telah terdata dengan rincian, Kota Padang (197 korban), Kabupaten Padang Pariaman (184 korban), Kota Pariaman (49 korban), Kota Bukittinggi (7 korban), Kabupaten Pesisir Selatan (7 korban) dan Kota Solok (4 korban).
Hingga kini masih dilakukan evakuasi yang terpusat pada sejumlah titik dengan jumlah korban terbanyak tertimbun yakni di Hotel Ambacang, gedung LBA LIA, dan gedung lembaga kursus GAMA.(*)
Oleh Abna Hidayati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009