menjadi peluang yang harus dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan dan meningkatkan laju ekspor ke pasar Jepang

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan peluang pasar ekspor ke Jepang kini kembali terbuka lebar menyusul mulai pulihnya negeri matahari terbit tersebut dari COVID-19.

Peluang ini penting untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM).

“Pemerintah Jepang menetapkan kebijakan untuk membangun rantai pasok yang lebih berkelanjutan, terutama dengan semakin pulihnya Jepang dari COVID-19. Hal tersebut menjadi peluang yang harus dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi kekosongan dan meningkatkan laju ekspor ke pasar Jepang,” kata Mendag di Jakarta, Jumat.

Untuk itu, Mendag Agus menyambut baik diselenggarakannya seri seminar web (webinar) Japan - Indonesia 20/21 Market Access yang diawali dengan webinar bertajuk “Market Access: Preliminary Session” hasil kerja sama Atase Perdagangan Tokyo dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Osaka.

Webinar tersebut merupakan awal dari rangkaian serial kegiatan yang bertujuan memberikan informasi pasar dan pelatihan (coaching) kepada pelaku ekspor, khususnya UKM, untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor di pasar Jepang pada masa pemulihan COVID-19 ini.

Sementara Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kemendag Kasan mengatakan Kemendag telah melakukan kebijakan memitigasi dampak pandemi COVID-19.

“Mencermati kinerja dan situasi saat ini, Kemendag telah melakukan kebijakan strategis memitigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap kinerja ekspor, antara lain melalui memudahkan proses perizinan dan memberikan bantuan fasilitasi kepada para eksportir yang terdampak,” ujar Kasan.

Kasan menjelaskan pandemi COVID-19 telah memberikan tekanan bagi hampir seluruh negara di dunia, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

Meski angka kasus COVID-19 terus meningkat di berbagai kawasan, namun di beberapa negara Asia, khususnya Jepang, pandemi COVID-19 telah menunjukkan pemulihan yang diindikasikan penurunan jumlah kasus aktif dan kasus baru.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Jepang telah mencabut status state of emergency sehingga kegiatan sosial dan ekonomi Jepang pulih kembali secara berangsur dengan istilah new lifestyle.

Pada sisi ekonomi, pandemi COVID-19 telah memberikan wake up call bagi transformasi perekonomian Jepang yang selama ini bergantung pada Tiongkok sebagai basis manufaktur. Untuk itu, Pemerintah Jepang mulai memikirkan rantai pasok global baru dari negara lain sebagai alternatif yang baru.

Untuk itu, lanjut Kasan, guna meraih peluang mengisi rantai pasok global tersebut, para perwakilan perdagangan di luar negeri, baik Atase Perdagangan maupun ITPC, diharapkan dapat terus menyampaikan informasi pasar kepada pelaku usaha, serta melakukan promosi ekspor dan penjajakan kesepakatan (secara virtual) sehinga dapat menghasilkan transaksi dagang bagi para pelaku ekspor, khususnya UKM.

“Kami berharap pelaku UKM tetap optimis dan menjadikan krisis ini sebagai momentum yang baik untuk akselerasi sehingga dapat memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Jepang secara optimal,” jelas Kasan.

Baca juga: Sulteng ekspor perdana tuna sirip kuning ke Jepang
Baca juga: Atase: RI berpeluang besar isi produk halal, ikan, dan kopi di Jepang
Baca juga: Di tengah pandemi Corona, 15 ton gurita diekspor ke Jepang

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020