Menurut dia, gempa tersebut efek langsungnya akan terjadi secara lokal dan dapat meningkatkan inflasi di daerah Sumatera Barat.
"Inflasi akan ada disana karena adanya gangguan distribusi yang menyebabkan kelangkaan, contoh saja BBM sudah mencapai Rp10 ribu (bahkan sempat mencapai angka Rp30 ribu-red) karena suplai tidak ada," ujarnya.
Rusman menambahkan kondisi tersebut dapat mengganggu perekonomian secara lokal karena distribusi barang untuk bahan-bahan pokok juga tidak dapat disalurkan secara normal.
Secara nasional, Ia menambahkan, kondisi tersebut juga dapat mempengaruhi kondisi di daerah lain yang bergantung kepada kantong produksi barang di Sumatera Barat.
"Kita lihat apakah ada produk dari Sumatera Barat yang terganggu dan gagal terkirim ke daerah lain, karena ini juga dapat menimbulkan dampak inflasi ke daerah tersebut," ujarnya.
Rusman menjelaskan, secara tidak langsung kondisi ini akan menganggu perekonomian di daerah tersebut karena akan mempengaruhi PDB daerah dan pertumbuhan ekonomi juga menjadi terhambat.
Menurut dia, gangguan terhadap perekonomian nasional dapat muncul akibat bencana ini namun apabila segera ditangani tidak akan memberikan dampak yang luas terhadap perekonomian nasional.
"Gangguan ada tapi relatif bila ditangani secara maksimal, tidak memberikan dampak secara luas terhadap perekonomian secara nasional,"ujarnya.
Menurut data BPS, saat ini inflasi di Sumatera Barat telah mencapai 1,56 persen.
Wilayah Sumatera Barat pada Rabu (30/9) telah diguncang bencana gempa bumi berkekuatan 7,6 pada Skala Richter (SR), yang dilanjutkan gempa susulan pukul 17.38 sebesar 6,2 Skala Richter (SR).
Musibah ini mengakibatkan sekitar 50 persen bangunan di Kota Padang hancur dan sekitar 500 korban meninggal.
Ratusan sekolah, pasar, jembatan dan ribuan rumah penduduk juga rusak berat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009