"Setelah diakui sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO, menjadi kewajiban bagi kita untuk lebih mengapresiasi batik Indonesia sebagai bagian dari aktivitas keseharian," kata Muhammad Nuh dalam jumpa pers menyambut rencana pengumuman pengukuhan batik Indonesia dalam daftar representatif budaya tak beda warisan manusia di Gedung Depkominfo Jakarta, Rabu (30/9).
Menteri Komunikasi dan Informasi Mohammad Nuh pada kesempatan itu didampingi Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Surya Dharma dan Doddy Soepardi dari Dewan Pembina Yayasan Batik Indonesia.
Menbudpar M. Nuh menjelaskan, sekitar sejam setelah diumumkan secara resmi oleh UNESCO, rencananya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendeklarasikan pengukuhan batik tersebut. Keyakinan batik Indonesia masuk dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia di UNESCO, karena Indonesia telah memperjuangkan melalui proses yang panjang dan hanya tinggal menunggu legitimasi dari hasil pembahasan kelayakan dalam sidang di Abu Dhabi yang berlangsung 28 September hingga 2 Oktober 2009.
Menurut Menbudpar pengakuan batik Indonesia secara internasional tidak ada maknanya jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mengapresiasi batik. Dengan adanya pengukuhan dunia pada batik Indonesia tidak perlu lagi ada keraguan dari masyarakat soal kepemilikan batik. "Kita mengajukan batik ke UNESCO juga dalam rangka proses kepemilikan. Ini kewajiban moral untuk menyelamatkan warisan bangsa. Kita tidak melarang bangsa lain memakai produk budaya Indonesia, tetapi jika ada pengklaiman atau pengakuan sebagai hak milik oleh suatu bangsa lain, tentu kita tidak bisa tinggal diam," kata M. Nuh.
Surya Dharma mengatakan, batik Indonesia masuk dalam representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO karena melihat pada nilai-nilai historis, filosofis, aspek-aspek religius yang melatarbelakangi pembuatan batik. "Penilaian terhadap batik Indonesia tidak sekedar motifnya saja, tetapi aspek lainnya seperti nilai historis dan filosofisnya," kata Surya Dharma.
Hal senada juga disampaikan Doddy Soepardi, dari hasil pengumpulan data di lapangan oleh Yayasan Batik Indonesia bersama desainer batik Iwan Tirta di 19 provinsi di Indonesia terkumpul lebih dari 2.500 jenis batik dengan berbagai corak dan mofit yang beragam. Jenis batik khas daerah yang berbeda-beda berkembang pesat terutama di sentra-sentra batik yang tersebesar di berbagai daerah di tanah air.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan menghubungi Surya Dharma,Kepala Pusat Penerangan dan Humas, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009