Jakarta (ANTARA) - Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan masyarakat sudah mulai sadar pentingnya memilah sampah plastik meski masih sedikit yang benar-benar melakukannya.
Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI merilis studi "Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik" yang dilakukan melalui survei daring terhadap 1.000 responden di Jabodetabek dan enam provinsi lain dalam periode 20 April-5 Mei 2020.
Baca juga: DKI Jakarta catat komposisi sampah plastik naik saat PSBB
Baca juga: KLHK beri penghargaan empat perusahaan sukses kurangi sampah plastik
"Isunya melihat dimana masa normal tersebar sampahnya di kantor, mal, ruang publik, tapi ketika PSBB dan WFH itu langsung menyatu di rumah," kata salah satu peneliti di tim itu, Intan Suci Nurhati dalam diskusi online di Jakarta pada Kamis.
Terutama untuk jenis sampah plastik dikhawatirkan terjadi penambahan jumlahnya dengan maraknya belanja online (daring) selama masa PSBB dan WFH. Survei itu menemukan bahwa Jabodetabek mengalami peningkatan belanja online 62 persen dan layanan antar siap saji 47 persen.
Frekuensi belanja bagi mayoritas warga Jabodetabek juga mengalami peningkatan dari 1-5 kali per bulan menjadi 1-10 kali belanja online per bulan semasa PSBB. Pembelanjaan itu tentunya menggunakan unsur berbahan plastik untuk pembungkusnya atau pengamannya dengan bubble wrap dan selotip untuk mengamankan paket.
Terkait sampah plastik yang dihasilkan selama PSBB dan WFH, seperti belanja online dan makanan siap saji, 98 responden melihat pentingnya memilah sampah plastik.
Baca juga: Jolene Marie pilih advokasi atasi sampah plastik mulai dari rumah
"Tapi waktu kami tanya apakah anda memilah plastik baru setengahnya. Jadi kita aware, tapi kita masih banyak yang belum melakukannya," kata dia.
Karena itu, Intan melihat adanya urgensi untuk mentransformasi kesadaran akan pentingnya memilah plastik menjadi aksi nyata. "Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pemangku kepentingan untuk mewujudkannya dan perkembangannya juga harus tetap diukur," paparnya.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020