Jakarta (ANTARA News) - Diperkirakan ribuan warga Kota Padang masih terjebak di antara reruntuhan gedung, rumah, hingga pertokoan yang rubuh akibat gempa berkekuatan 7,6 skala di barat daya Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), Rabu sore (30/9).
Hingga Kamis dinihari, sekira pukul 03.30 WIB, masih ada 200 tamu Hotel Ambacang yang diduga tertimbun reruntuhan dan belum terevakuasi.
Delapan dari 19 siswa bimbingan belajar Gama belum dapat ditemukan dan dievakuasi dari reruntuhan tempat mereka belajar. Sedangkan tujuh anak yang dievakuasi mengalami luka berat, empat lainya meninggal dunia.
Berdasarkan laporan wartawan ANTARA di Kota Padang, jumlah gedung, rumah, ruko, hingga pertokoan yang runtuh akibat gempa mencapai ratusan. Beberapa gedung pemerintahan seperti Bapeda Provinsi Sumbar, Kantor Dinas Sosial Provinsi Tingkat I, Gedung Balai Kota, Bank BNI, mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa.
Berbagai perguruan tinggi di kota tersebut juga mengalami rusak berat. Beberapa bagian dari perguruan tinggi tersebut yakni Universitas Putra Indonesia, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Padang bahkan runtuh.
Sesaat setelah gempa yang kekuatan 7,6 skala richter yang disusul gempa berikutnya berkekuatan 6,2 skala richter, kebakaran mulai terjadi di Kota Padang. Sekitar 40 bangunan terbakar setelah gempa terjadi.
Akses jalan menuju Kota Padang baik dari Bengkulu, Pekanbaru, maupun Medan terputus. Gempa membuat banyak ruas jalan di Silaing Bawah yang menghubungkan Padang Pariaman dengan Padang Panjang tertutup longsor.
Berdasarkan keterangan seorang warga Kota Padang, Oyon Sudisman (43), rumah warga di wilayah Si Guntur, Kecamatan Tarusan, Pesisir Selatan Padang banyak yang runtuh.
Ia mengatakan di titik longsor terlihat tumpukan material batu-batu besar dan kayu sehingga truk tidak dapat melintas. Hanya kendaraan roda dua yang dapat melewati daerah tersebut.
Sementara itu, berdasarkan keterangan Andi, warga Padang dari Kecamatan Kuraji, ia terpaksa melalui jalur Solok selama empat jam untuk dapat tiba di Padang.
Kondisi mengenaskan juga terjadi di Kabupaten Padang Pariaman di Sungai Giringging, tempat terdapat puluhan rumah warga yang roboh. Namun demikian belum dapat diketahui jumlah korban jiwa di Padang Pariaman dan Pesisir Selatan Kota Padang.
Sebanyak 200 warga mendatangi Radio Republik Indonesi (RRI) Padang untuk mencari tahu keberadaan sanak saudara mereka yang belum diketahui keberadaannya.
Walikota Padang, Fauzi Bahar telah menetapkan RRI Padang sebagai posko informasi bagi warga yang hilang.
Fauzi Bahar juga memerintahkan jajarannya untuk segera menggunakan seluruh alat berat yang ada untuk mempemudah proses evakuasi. Namun demikian 80 unit alat berat yang ada di daerah tersebut masih dirasakan kurang, mengingat jumlah gedung yang runtuh mencapai ratusan.
Untuk itu, Walikota Padang meminta bantuan tambahan alat berat dari daerah lain untuk mempercepat proses evakuasi warga yang masih terjebak reruntuhan.
Padamnya aliran listrik ditambah hujan deras yang mengguyur Kota Padang sejak sore hingga malam hari semakin mempersulit proses evakuasi yang dilakukan gabungan Tim SAR, TNI, Polri, Satpol PP, dan masyarakat.
Tiga rumah sakit di Kota Padang, yakni Rumah Sakit M Jamil, Rumah Sakit Tentara Ganting, dan Rumah Sakit Yos Sudarso yang juga rusak akibat gempa tetap menerima korban gempa yang berhasil dievakuasi.
Hingga pukul 03.30 WIB tercatat 24 korban meninggal di Rumah Sakit M Jamil, 23 korban meninggal di Rumah Sakit Tentara Ganting, dan 22 korban meninggal di Rumah Sakit Yos Sudarso.
Operasional rumah sakit sendiri dapat terus berlangsung dengan menggunakan genset. Namun demikian Kepala Rumah Sakit M Jamil, Zukyat Iskandar mengatakan rumah sakitnya masih membutuhkan genset dan solar untuk dapat terus beroperasi, mengingat aliran listrik masih padam.
Selain genset dan solar, ia juga menegaskan bahwa rumah sakitnya membutuhkan banyak stok darah, carian infus, kain pembalut patah tulang, perbang, dan obat-obatan lainnya. Rumah sakit juga memerlukan tambahan tenda serta tempat tidur untuk pasien.
Dari Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar Rapat Terbatas Bidang Kesra untuk membahas penanganan tanggap darurat menyusul terjadinya gempa yang meluluhkan sebagian Sumatera Barat.
Pemerintah Pusat menetapkan Tanggap Darurat Sumbar selama dua bulan, dan mengeluarkan dana tanggap darurat sebesar Rp100 miliar.
Meko Kesra mengatakan, dampak gempa di Sumbar diperkirakan sama dengan gempa Yogyakarta yang menewaskan ribuan jiwa.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009