Jambi (ANTARA News) - Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, Sumatra Barat, terus bertambah hingga Rabu pukul 22.00 WIB mencapai 75 orang.
Jumlah korban diperkirakan terus bertambah.
Berdasarkan catatan Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan, jumlah korban tewas sudah mencapai 75 orang, jumlah itu masih akan bertambah, karena diperkirakan masih banyak warga yang tertimbun bangunan runtuh akibat goncangan gempa yang terjadi pukul 17.16 WIB di kedalaman 71 Km, berjarak 57 Km barat daya Pariaman.
Gempa dengan guncangan kuat itu membuat panik ribuan warga Pariman dan Kota Padang yang langsung berhamburan ke luar rumah dan pertokoan untuk menyelamatkan diri, bahkan sebagian lari ke tempat tinggi karena khawatir terjadi tsunami.
Goncangan gempa mengakibatkan jaringan telekomunikasi milik PT Telkom rusak dan terputus serta aliran listrik padam, sehingga warga nyaris tak bisa berkomunikasi, baik lokal maupun dari luar Padang dan Pariaman. Kota Padang nyaris seperti kota mati.
Penderitaan semakin bertambah, karena usai gempa terjadi kebakaran di beberapa titik, dan turun hujan, namun warga tetap bertahan di luar rumah karena khawatir dengan gempa susulan.
Kepanikan warga Kota Padang mereda setelah Satkorlak setempat menginformasikan secara luas kepada masyarakat bahwa tidak terjadi tsunami pascagempa yang guncangannya hampir dirasakan di seluruh Pulau Sumatra itu.
Wali Kota Padang, Fauzi Bahar mengimbau warga kota untuk tenang dan tidak panik. Imbauan tersebut disampaikan menggunakan jaringan RRI Padang agar bisa diketahui secara jelas oleh seluruh warga kota.
Wartawan senior di Padang, Hasril Chaniago yang dihubungi dari Medan mengatakan, dampak gempa sangat luar biasa sebab sejumlah bangunan pemerintah seperti, kantor Dinas Pendapatan Daerah, Pekerjaan Umum di kawasan Jalan Khatib Sulaiman ambruk, kaca-kaca dan dinding kantor pusat PT Telkom di Jalan KH.A.Dahlan juga hancur bahkan hubungan telepon dari dan ke ibukota Sumbar itu sempat terputus.
Sekitar ratusan warga di kawasan Kampung Cina, Kota Padang, Sumatra Barat diperkirakan terjebak di tengah reruntuhan gedung bertingkat akibat guncangan gempa yang terjadi pada Rabu, sore.
Wartawan ANTARA dari Padang melaporkan, situasi di wilayah Kampung Cina porak-poranda karena sebagian besar bangunan berupa rumah toko (ruko) rubuh.
Kawasan ini yang merupakan salah satu pusat bisnis di tengah Kota Padang, terdapat berupa "show room" mobil, minimarket, dan perkantoran swasta.
Selain gedung rata dengan tanah, banyak juga ruko yang sebelumnya bertingkat tiga runtuh satu tingkat yang mengakibatkan sebagian pekerja yang ketika gempa terjadi terjebak di dalamnya.
Sejumlah mobil di ruang pamer mobil salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) terlihat ringsek akibat tertimpa beton. Hingga kini warga dan karyawan pertokoan yang terjebak di gedung masih belum bisa dievakuasi.
Sementara itu, Markas Besar Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatra Barat kini menjadi tempat pengungsian sementara ribuan warga yang mengungsi.
"Banyak warga yang kini mengungsi ke markas Polda dan sesuai instruksi Kapolda seluruh kompleks Markas Polda termasuk halamannya telah menjadi tempat pengungsian sementara," kata Kabid Humas Polda Sumbar AKBP Kawedar ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta.
Mengenai kondisi Kota Padang sendiri pihak kepolisian juga mencatat ratusan bangunan perumahan dan gedung milik pemerintah serta fasilitas umum lainnya ikut hancur.
Aparat kepolisian, TNI dan aparat pemerintah daerah masih berupaya menyelamatkan warga yang masih terjebak di antara bangunan yang runtuh.
Dilaporkan pula sebagian besar pasien rumah sakit yaitu RSUD M. Djamil, RS Gantiang, dan Restu Ibu di Kota Padang, memilih dirawat di tenda akibat khawatir gempa susulan.
Situasi di tiga rumah sakit tersebut dalam kondisi panik karena banyak digunakan untuk perawatan korban gempa.
Tenda-tenda darurat milik rumah sakit tersebut disiapkan di halaman sisi depan dan samping rumah sakit untuk menampung pasien yang terus berdatangan.
Meski dalam situasi darurat, pelayanan perawatan oleh dokter dan petugas medis tetap berjalan di tengah terus mengalirnya pasien, baik yang datang sendiri oleh keluarga maupun di antara dengan ambulan.
Namun, hampir seluruh pasien memaksakan diri dirawat di dalam tenda, bahkan ada yang meminta untuk pulang meskipun masih dalam kondisi diinfus.
Kekhawatiran pasien dimaklumi mengingat kondisi bangunan rumah sakit makin menghawatirkan karena retak-retak yang semakin membesar.
Sementara itu, PT Angkasa Pura II untuk sementara menghentikan jalur penerbangan ke Padang Sumatra Barat, menyusul rusaknya Bandara Minangkabau, akibat gempa tersebut.
Kepala Administrator Bandara Soekarno Hatta Edward Silooy, ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, mengatakan terdapat sepuluh kali penerbangan ke Padang dalam sehari dari Bandara Internasional Soekarno Hatta.
"Tadi sekitar pukul 18.00 WIB, ada dua penerbangan ke Padang yang terpaksa dibatalkan. Pesawat sempat tinggal landas, namun satu jam kemudian kembali ke Jakarta karena Bandara Minangkabau, Padang, mengalami kerusakan dan tidak bisa didarati," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009