Lebak,(ANTARA News) - Maraknya perburuan binatang sejenis cicak atau tokek di Kabupaten Lebak, Banten, yang dikabarkan bisa menyembuhkan penyakit HIV/AIDS dan tumor ditanggapi serius masyarakat.

"Saat ini warga beramai-ramai mencari tokek di perumahan maupun di pohon besar yang ada di kawasan hutan," kata Didi (45) warga Cikatomas, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, Rabu.

Ia mengatakan, perburuan tokek di Kabupaten Lebak semakin ramai karena nilai jual seekor tokek bisa mencapai jutaan rupiah.

Apabila warga menemukan tokek seberat 4 ons bisa dijual Rp5 juta, bahkan jika di atas 6 ons akan mendapatkan uang puluhan juta rupiah.

Saat ini, kata dia, harga satwa tokek yang menggiurkan itu tentu kini marak warga melakukan perburuan.

Perburuan dilakukan pada malam hingga dinihari karena binatang itu beraktivitas di malam hari. "Kalau siang binatang tokek itu tidur dan tidak beraktivitas," katanya.

Menurut dia, tokek hasil perburuan itu mereka jual ke penampung di daerah Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat.

Setiap pekan, ujar dia, warga menemukan tokek seberat 3-5 ons dengan harga jutaan rupiah.

Begitu pula, Adi (30) warga Desa Rangkasbitung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan pihaknya saat ini telah membudidayakan binatang tokek karena nilai jualnya mencapai jutaan rupiah.

"Kami membudidayakan tokek ini hanya membesarkan saja karena tokek yang didapati dari perburuan warga dengan berat antara dua sampai tiga ons," katanya.

Dia menyebutkan, apabila tokek itu beratnya sudah mencapai di atas empat ons maka ditampung pembeli dari Jakarta.

Selanjutnya, pembeli dari Jakarta itu jugamenampung tokek dari berbagai daerah untuk diekspor ke luar negeri sebagai penyembuh obat HIV/AIDS dan anti tumor.

Binatang tokek itu bisa menyembuhkan penyakit AIDS yang katanya terletak pada lidahnya.

Tokek juga digunakan dalam pengobatan tradisional China atau traditional Chinese medicine (TCM) memiliki efek anti-tumor.

"Saat ini banyak warga melakukan perburuan tokek karena nilai jualnya cukup menggiurkan," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Nurly Edlinar, mengimbau masyarakat jangan melakukan perburuan satwa tokek karena dapat merusak ekosistem habitat lingkungan.

Meskipun, satwa tokek tersebut tidak termasuk binatang yang dilindungi pemerintah, tetapi manfaatnya bagi lingkungan sangat besar, seperti mamakan berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk aedes aegefty sebagai pembawa maut demam berdarah (DBD).

"Setiap tahun tingginya penderita DBD disebabkan berkurangnya tokek. Bahkan di Rangkasbitung satwa tokek sudah langka dan tidak terdengar lagi bunyi tokek di malam hari," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009