Tumpahan minyak itu sudah masuk ke wilayah perairan Indonesia sejauh sekitar 50 mil dari batas wilayah perairan laut antara Indonesia-Australia, atau sekitar 70 mil dari Kolbano, wilayah pantai selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Demikian diungkapkan sembilan orang nelayan tradisional asal Oesapa Kupang, NTT, kepada para wartawan di Kupang, Selasa, setelah pulang melaut dari wilayah perairan Laut Timor untuk mencari ikan dan biota laut lainnya wilayah perairan sekitarnya.
"Kami baru tiba tadi malam (Senin, 28/9 malam, red) dengan perahu motor Nirwana-2. Kami menemukan adanya tumpahan minyak itu pada titik kordinat 11-22 LS dan 124-22 BT tanggal 24 Agustus 2009 atau tiga hari setelah awal Ramadan," kata Bogas, seorang nelayan Oesapa.
Hal itu dibenarkan oleh rekan-rekannya yang lain, Muhamad Ridwan, Suardi, Fikar, Abdulah, Rais, Halim serta H Mustafa yang juga Ketua Aliansi Nelayan Tradisional Laut Timor (Antlamor).
Ladang minyak Montara yang meledak itu, telah memuntahkan sekitar 500.000 liter minyak setiap hari di wilayah perairan Laut Timor yang sumber pencaharian nelayan tradisional Indonesia.
Lokasi ladang minyak itu berjarak sekitar 690 km barat Darwin, Australia Utara dan 250 km barat laut Truscott di Australia Barat.
"Ketika kami menyelam, aroma minyak sangat terasa dan badan kami berminyak. Di atas permukaan laut, terlihat gumpalan minyak membentuk seperti kawah," tambah Fikar.
Menurut gambar televisi yang disiarkan ABC, tumpahan minyak itu mengalir seperti anak sungai dan berkelok-kelok di Laut Timor dari sumber ladang minyak lepas pantai Montara yang dioperasikan PTTEP Australasia, sebuah perusahaan minyak asal Thailand.
"Banyak ikan dasar laut dan permukaan yang mati akibat mencium aroma minyak. Ini sebuah realitas yang kami temukan pada saat itu," ujar Muhamad Ridwan sambil menunjuk contoh tumpahan minyak pada sebuah botol aqua.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009