Tambak-tambak di Indonesia dapat dikelola secara modern dengan lahan yang tak begitu luas, namun hasil produksinya lebih banyak

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menginginkan berbagai budi daya kelautan dan perikanan di lahan-lahan yang digarap secara tradisional dapat ditingkatkan produktivitasnya.

"Beberapa hari lalu saya baru melakukan kunjungan kerja di Pulau Sulawesi. Di sana, satu keluarga bisa memiliki 4-5 hektare tambak udang, namun hasilnya hanya 1-2 ton saja per tahun. Sedangkan tambak yang dikelola secara modern dengan sistem intensifikasi, per hektarenya bisa menghasilkan 5-6 ton," kata Menteri Edhy dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Baca juga: KKP kaji budi daya ikan tuna di Teluk Tomini Sulteng

Menurut dia, perikanan budi daya di Indonesia masih belum tergarap optimal, baik dari sisi pengelolaan maupun hasilnya, khususnya lahan-lahan budi daya yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat.

Berkaca dari kondisi tersebut, Menteri Edhy menginginkan tambak-tambak di Indonesia dikelola secara modern dengan lahan yang tak begitu luas, namun hasil produksinya lebih banyak.

Ia berpendapat bahwa penggunaan lahan yang lebih sedikit namun hasil panennya lebih banyak, akan mendorong keberlanjutan.

Selain itu, menurut dia, sisa lahan dapat dipakai untuk menanam mangrove dan pohon vegetasi pantai sehingga kondisi alam tetap terjaga.

Sejalan dengan itu, lanjutnya, masyarakat dapat menggunakan pula area mangrove untuk berbudi daya udang lokal dan kepiting sehingga aspek ekonomi tetap didapat.

"Produktivitasnya dapat, keberlanjutannya juga dapat," ujar Edhy.

Sebelumnya, KKP optimistis bahwa ekspor berbagai komoditas sektor kelautan dan perikanan bakal bangkit kembali pada masa normal baru yang ditandai dengan menggeliatnya kembali perekonomian nasional.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan optimistis bahwa ekspor hasil produksi budi daya akan kembali bangkit memasuki era normal baru yang terindikasi dari tren permintaan pasar yang sudah mulai naik dan terbuka.

"Market (pasar) mulai ada titik terang mulai ke buka. Mudah-mudahan di era new normal ini sumbatan rantai pasok bisa lancar, dengan demikian proses produksi di hulu akan kembali bergeliat," ucapnya.

Ia juga memastikan bahwa permintaan untuk pasar ekspor komoditas kelautan dan perikanan akan naik, bahkan bisa jadi akan lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Hal tersebut, lanjutnya, karena pandemi COVID-19 dinilai telah memberikan dampak negatif pada suplai pangan. Oleh karena itu, saat mulai masuk normal baru, diprediksi ada efek kejut terhadap permintaan, khususnya untuk komoditas ekonomi tinggi seperti ikan kerapu.

"Era new normal saya prediksi akan memberikan daya ungkit bagi permintaan ekspor. Tentu, saat ini konsumen global sangat membutuhkan pangan termasuk ikan setelah sebelumnya suplai terganggu akibat penerapan lockdown di berbagai negara," katanya.

Baca juga: Menteri Edhy minta pengusaha perikanan tidak terlalu cemaskan pandemi
Baca juga: Menteri Edhy susuri Sulawesi pastikan produksi perikanan berjalan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020