Boediono bersama istrinya, Ny Herawati didampingi Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Ny Sofie serta sesepuh Banda, Des Alwi saat menunggu terbenamnya matahari pada lantai dua benteng yang dibangun pada 1611 itu, disuguhi tarian lenso dan cakalele( perang).
Tari lenso disuguhi empat gadis Bandaneira dengan iringan tabuhan tifa dan gong ( gamelan) sembilan dari Kampung Baru yang semuanya perempuan mendapat tepuk tangan Boediono dan pengunjung lainnya.
Suasana bertambah marak saat tari cakalele yang melambangkan kepatriotisme para pejuang dan orang kaya (bangsawan) Banda melawan penjajah Belanda (1602 - 1621) dengan puncak pembantaian pada "parigi rante" pada 8 Mei 1621, membuat Boediono terpesona dan memutuskan menemui para penari di lantai dasar benteng yang dibangun Pieter Both.
Boediono menemui para lima penari pria dan para pendukung yang dengan santun mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih - terima kasih, lestarikan budaya bernilai sejarah ini. Mari kita foto bersama," ujar Boediono yang langsung disambut berebutan berjabat tangan, bahkan ada memanfaatkan untuk mencium pipi kiri dan kanan Wapres terpilih, yang dijadwalkan dilantik 20 Oktober 2009.
Boediono usai foto bareng itu selanjutnya kembali ke lantai dua benteng Belgica yang dijuluki "mahkota berpucuk lima" karena memiliki lima buah penangkal, sambil mendengar antusias penjelasan Des Alwi soal bangunan cagar budaya tersebut.
Kurang puas menyaksikan benteng yang didisain dengan 58 buah tempat meriam itu, selanjutnya dia memutuskan untuk naik ke salah satu dari lima buah penangkal guna menyaksikan Kepulauan Banda yang memiliki 10 pulau.
Boediono kagum dengan pesona daerah ini dari benteng yang saat matahari terbenam berhadapan langsung dengan gunung api Banda, yang terakhir meletus 9 Mei 1988.
Usai turun dari penangkal melalui tangga besi, Boediono mengutarakan pada Des Alwi bahwa benteng Belgica ini berbentuk kura - kura.
"Om Des benteng ini berbentuk kura - kura dengan dua penangkal bangunan depan benteng menunjukan kaki bagian belakang, dua penangkal samping kiri dan kanan melambangkan kaki depan dan satu penangkal mengarah ke selat zona gate adalah kepala," ujarnya yang disambut senyum Des Alwi.
Boediono menyarankan Gubernur Ralahalu dan Des Alwi agar memanfaatkan benteng yang lokasinya bisa memandang Banda dari berbagai penjuru itu untuk menggelar pentas seni saat "Sail Banda" 2010.
"Disain acara yang sesuai dengan strategis lokasi maupun arsitektur benteng yang memilikiu 23 ruangan karena pasti menggugah peserta pelayaran internasional," katanya.
Mengakhiri kunjungan ke benteng Belgica selama sekitar 1,5 jam Boediono dan ibu Herawati menyempatkan diri juga berfoto bersama dengan Gubernur Ralahalu dan Ny.Sofie, Des Alwi, timnya dari Jakarta seperti Dirjen Perbubungan Udara Dephub Herry Bakti, Rizal Malarangeng , dan presenter kabar malam TV ONE, Tina Talisa.
Boediono selama di Banda 26 - 28 September 2009 juga mengunjungi sejumlah cagar budaya berkaitan dengan Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Cipto Mangungkusumo, angrowisata pala, selam di perairan setempat dan tabur bunga di perairan Lautaka untuk menghormati srikandi Bhoy Kerang yang melawan penjajah Belanda.
Selain itu, dia juga meninjau gereka tua Neira, meresmikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta meletakkan batu pertama kampus Hatta - Sjahrir dan berdialog dengan tokoh masyarakat, agama dan adat setempat.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009