Brisbane (ANTARA News) - Acara "Pesta Rakyat" yang menyuguhkan aneka pertunjukan seni budaya, konser musik, permainan (games), bazar makanan asli Indonesia di kawasan wisata "South Bank" kota Brisbane, Sabtu (26/9), membantu mengembalikan memori indah warga Australia keturunan Belanda, Karin Adam.

Mahasiswi Sekolah Jurnalistik dan Komunikasi (SJC) Universitas Queensland (UQ) itu mengaku menemukan kembali "persahabatan yang hangat" dan sajian kuliner serta seni budaya asli Indonesia di arena pesta yang merupakan acara puncak perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-64.

"Saya merasa disambut hangat di sini. Orang-orang Indonesia yang saya ajak bicara juga sangat terbuka dan bersahabat. Sungguh acara ini mengingatkan saya kembali pada Indonesia," kata perempuan Australia keturunan Belanda ini.

Kepada ANTARA yang menemuinya di arena acara yang dikunjungi ratusan orang Indonesia, Australia, dan warga asing lain yang kebetulan melintasi kawasan wisata kota ternama Brisbane itu, Karin Adam mengatakan ibu kandungnya dan beberapa anggota keluarga ibunya memiliki "koneksi" dengan Indonesia.

"Seorang keponakan saya menikah dengan orang Indonesia. Kakak ibu saya juga lama menetap di Indonesia. Apa yang saya selalu ingat tentang Indonesia adalah nasi goreng dan sambal ulek buatan ibu saya," kata mahasiswi UQ yang pertama kali mengunjungi Bali dan Jakarta pada 1987 dan 1989 itu.

Namun ia mengaku pengetahuannya tentang Indonesia sangat minim kecuali tiga hal yang tidak pernah lekang dari ingatannya. ketiga hal pertama yang langsung ia ingat setiap kali ditanya tentang Indonesia adalah "makanan" khususnya nasi goreng dan sambal ulek, "sesajen", dan "panorama alami" Nusantara yang indah.

Karin Adam tampak menikmati suasana Pesta Rakyat yang sarat dengan kehadiran ornamen batik, terutama suguhan musik gamelan yang dimainkan beberapa warga Indonesia dan Australia serta tarian "Saman" yang mengundang tepukan tangan meriah pengunjung saat belasan penari beraksi dinamis dan seirama.

Menurut dia, kegiatan semacam Pesta Rakyat ini sangat baik bagi upaya mengenalkan dan membangun jembatan pemahaman antara warga Indonesia dan Australia karena sekalipun keduanya berasal dari rumpun akar budaya yang sangat berbeda, "makanan" dan "musik" mempertemukan mereka.

"Sekalipun saya tak mengerti lirik lagu-lagu Indonesia yang dinyanyikan, saya tetap bisa menikmatinya karena lagu adalah bahasa universal," katanya.

Sementara itu, jalannya acara "Pesta Rakyat" berlangsung meriah sekalipun banyak pengunjung yang menyayangkan daya "sound system" yang terbatas.

Selain menyuguhkan gamelan dan tari Saman, panggung acara yang diwarnai dengan aneka ornamen batik ini juga diisi dengan aneka permainan (games), konser band lokal, pertunjukan tarian "Ekspresi, tari "Megapati" (Bali), angklung, tari Nusa Tenggara Timur, tari Minahasa, simfoni Indonesia, dan pameran busana daerah.

Pesta Rakyat yang dihadiri langsung ratusan orang Indonesia, Australia, dan turis asing itu juga dimanjakan dengan aneka menu makanan Indonesia, seperti ayam bakaka, nasi timbel, bakso Malang, pempek, sate ayam, sate komoh, kue kering, klepon, onde-onde, siomay, dan es kelapa muda.

Gerai menu "Sweet Javanese" misalnya mematok harga makanan dan minumannya dari 2 hingga 13 dolar Australia. Rangkaian acara "Pesta Rakyat" ini ditutup dengan aksi panggung dua grup musik papan atas Indonesia, "Nidji" dan "Kahitna".

"Pesta Rakyat" 2009 yang mendapat dukungan dana dari Pemerintah Negara Bagian Queensland ini merupakan puncak kegiatan perayaan HUT RI. Kegiatan yang sama sudah tiga kali digelar komunitas Indonesia di Brisbane yang dimotori Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Cabang Queensland sejak 2007.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009