Surabaya (ANTARA) - Pemilihan Rektor Universitas Airlangga Surabaya yang digelar secara dalam jaringan (daring) dan menjadikan Prof Mohammad Nasih kembali terpilih secara aklamasi untuk periode 2020-2025 meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
"Penghargaan MURI ini akan menjadi pengingat bahwa pernah ada pemanfaatan teknologi secara maksimal di Unair untuk pemilihan rektor," ujar Rektor Unair Prof Mohammad Nasih yang menerima penghargaan MURI di sela pelantikannya di Unair Surabaya, Selasa.
Prof Nasih mengakui sempat khawatir apakah Rapat Majelis Wali Amanat (MWA) untuk pemilihan rektor bisa dilakukan, sementara masa bakti rektor juga akan selesai.
Baca juga: Galang aksi sosial, 15 selebriti dan YouTuber dapat MURI
Atas dasar itu, kata Nasih, langkah pemilihan rektor secara daring dilakukan, bahkan sudah tiga periode terakhir Unair membiasakan melakukan musyawarah mufakat dalam pemilihan rektor.
"Sehingga kebersamaan kami bisa terus terjaga karena di level perguruan tinggi harus dijauhkan dari aspek politis," ucapnya.
Sementara itu, suasana berbeda tak hanya selama pemilihan rektor Unair secara daring, namun proses pelantikan rektor digelar secara berbeda karena pandemi COVID-19.
Pelantikan yang digelar secara singkat dan menerapkan protokol kesehatan tersebut turut dihadiri direktur, dekan, dan MWA serta Senat Unair.
Prof Nasih memaparkan bahwa secara kuantitatif Unair sudah mencapai kemajuan yang luar biasa.
Baca juga: Sosok Suhardi Alius dalam cegah radikal di kampus hingga rekor MURI
Dari sisi akademik yang berkaitan dengan program studi terakreditasi internasional terus ditingkatkan, termasuk dari sisi penelitian, publikasi internasional yang sekarang meningkat hingga berada di posisi ketujuh di Indonesia dengan jumlah publikasi terbanyak.
"Ke depan, kami ingin bukan hanya kuantitas tetapi juga manfaatnya pada masyarakat. Paling tidak dengan akreditasi internasional, lulusan kami akan lebih diterima di perusahaan multinasional," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
Dalam hal penelitian, lanjut dia, pihaknya juga mendorong agar lebih berkelanjutan dan menargetkan masuk dalam peringkat dunia versi Time Higher Education (THE).
"Baru tahun depan bisa ikut karena publikasi kami sebelumnya masih di kisaran 200. Jika sudah di atas 200 baru bisa masuk peringkat mereka," katanya.
Terkait penelitian, Prof Nasih mengungkapkan fokus utama peneliti ke depan yaitu ingin segera mendapatkan vaksin COVID-19.
"Kami akan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan konvensional dari teman peneliti di ITD (Institute Tropical of Disease), kemudian pendekatan dari teman peneliti biomolekuler," katanya.
Di tempat sama, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang hadir sebagai undangan memuji proses pemilihan rektor Unair secara daring dan menurutnya patut ditiru kampus lain.
"Saat masa pandemi, langkah ini patut dilakukan dan ditiru kampus lain," tutur pria yang juga anggota Majelis Wali Amanat Unair tersebut.
Muhadjir mengaku telah lama mengenal Prof Nasih dan telah melihat kerja keras serta baktinya sejak jadi wakil rektor hingga menjabat rektor periode pertama.
"Peringkat Unair di tingkat dunia juga naik masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia. Ini prestasi luar biasa, semoga Unair bisa lebih melakukan lompatan yang bermakna," kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Baca juga: 300 siswa Saka Bahari Pramuka pecahkan rekor MuRi tiup peluit serentak
Baca juga: Jaya Suprana: Polisi Indonesia tak kalah dengan FBI
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020