New York (ANTARA News) - Harga minyak naik pada Jumat waktu setempat, atau Sabtu pagi WIB, karena ketegangan mengenai program nuklir Iran menyala kembali, sehingga membayangi kekhawatiran tentang permintaan akan energi dan langkah pemulihan ekonomi.

AFP melaporkan, kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November, naik 13 sen menjadi ditutup pada 66,02 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November naik 29 sen untuk menetap di 65,11 dolar AS dalam perdagangan London.

Harga mengayun lebih tinggi karena para pemimpin dunia menuntut agar pengawas (inspektur) nuklir dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) diberikan akses ke sebuah instalasi rahasia Iran sebelumnya dan mengancam untuk menerapkan sanksi baru yang keras pada Teheran.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menepis kritik dan mengatakan

fasilitas tersebut telah diungkapkan kepada pengawas internasional dan tak melanggar hukum.

"Pedagang harus berhati-hati jika ini berkembang menjadi konflik militer karena Iran berada di Selat Hormuz, tempat 20 persen minyak dunia mengalir setiap hari," kata Phil Flynn di PFGBest Research.

"Jika ini terjadi tiga tahun lalu, mungkin telah menjalankan harga minyak naik 10 dolar AS per barel atau lebih. Namun sekarang, dampaknya akan jauh berkurang karena dunia terendam dalam minyak

dan kapasitas cadangan produksi yang bisa lebih dari membuat hilangnya pasokan Iran."

Presiden AS Barack Obama, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengumumkan bahwa Teheran telah mengakui kepada badan pengawas nuklir PBB bahwa negara itu telah membangun sebuah instalasi pengayaan uranium kedua.

Para pemimpin Barat menjelaskan bahwa mereka tidak percaya instalasi tersebut untuk tujuan sipil, dan para pejabat AS menggambarkannya sebagai memiliki "ukuran yang tepat" untuk memproduksi uranium tingkat senjata tapi tidak digunakan untuk produksi bahan bakar nuklir.

Beberapa analis mengatakan minyak dibantu oleh berita yang muncul dari KTT Kelompok 20 pemimpin negara industri dan berkembang terkemuka yang akan mempertahankan langkah stimulus ekonomi darurat sampai ekonomi yang berkelanjutan mewujudkan pemulihan itu sendiri.

Harga juga didukung oleh penelitian catatan dari Goldman Sachs, yang mempertahankan perkiraan harga minyak mentah pada 85 dolar AS pada akhir tahun dan rata-rata 90 dolar AS pada tahun 2010.

Minyak ditutup turun lebih dari tiga dolar AS pada Kamis, karena beragam data ekonomi AS dan tanda-tanda lambannya permintaan akan energi AS menyoroti kekhawatiran tentang pemulihan dari resesi global.

Harga juga telah ditekan oleh data minggu ini yang menunjukkan lompatan besar dalam persediaan minyak mentah AS -- suatu tanda bahwa permintaan energi masih lemah.

Permintaan energi telah mengalami penurunan setelah ekonomi global akhir tahun lalu tergelincir ke dalam resesi terburuk sejak 1930-an.

Itu mengirimkan harga minyak berjatuhan dari tertinggi bersejarah lebih dari 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada bulan Desember.

Harga minyak telah pulih sedikit tetapi investor tetap prihatin atas kecepatan dari kemajuan.

Harga minyak naik di atas 70 dolar AS per barel pada Selasa karena mata uang AS terpukul ke tingkat terendah satu tahun terhadap euro.

Sejak minyak diperdagangkan dalam mata uang AS, dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih menarik bagi pemegang unit yang lebih kuat, yang menyebabkan permintaan lebih besar dan mendorong harga lebih tinggi. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009