Brisbane (ANTARA News) - Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting Universitas Wollongong (UW) akan memeriahkan kegiatan kampanye pemakaian Batik di kampus perguruan tinggi itu pada 7 Oktober dengan menggelar pertunjukan tari-tarian dan jualan makanan ringan.

"Acara peringatan diakuinya Batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO ini akan berlangsung saat makan siang dan semua mahasiswa dan warga masyarakat kita diharapkan hadir dengan mengenakan Batik pada 7 Oktober, bersamaan dengan `market day` (hari pasar) kampus," kata Ketua PPIA UW, I Made Andi Arsana.

Dalam penjelasannya kepada ANTARA, Jumat, mahasiswa program doktor UW ini mengatakan, pihaknya semula akan menggelar acara ini pada 2 Oktober namun hari itu merupakan masa libur mahasiswa sehingga pihak universitas menyarankan waktu penyelenggaraannya dipindah pada 7 Oktober.

"Tujuh Oktober itu bertepatan dengan `Market Day` dimana semua orang akan berkumpul di kampus, tepatnya di Duck Pond. Kita sudah membooking penggunaan panggung di Duck Pond untuk tanggal 7 Oktober tersebut," katanya.

Andi Arsana mengatakan, pihaknya mengundang para mahasiswa Australia dan internasional untuk menyaksikan acara ini dan juga membeli makanan ringan yang disajikan saat itu.

Selain menyemarakkan peringatan hari Batik dengan pertunjukkan kesenian daerah, pihaknya juga memeriahkan suasana dengan pajangan aneka barang seni khas Indonesia terutama yang berbahan Batik, kata dosen Universitas Gadjah Mada penerima beasiswa bergengsi "Australian Leadership Award" (ALA) ini.

Sebelumnya, seruan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar rakyat Indonesia mengenakan pakaian Batik pada 2 Oktober 2009 juga disambut hangat Presiden Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQISA) Cecep Setiawan dan Wakil Sekretaris Umum PPIA Febry HJ Dien.

Berbeda dengan pengurus PPIA WA yang menggelar kampanye Batik pada 7 Oktober, Presiden UQISA Cecep Setiawan mengimbau para mahasiswa Indonesia di UQ agar mengenakan Batik pada 2 Oktober.

"`Yuk Pakai Batik` sebagai penghargaan kita pada Batik yang akan ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Semoga angklung, dan seni budaya yang lain juga segera ditetapkan sebagai warisan bangsa Indonesia," kata Cecep.

Seruan yang sama juga disampaikan Febry HJ Dien. "PPIA Pusat sangat mendukung gerakan pengenaan Batik pada 2 Oktober 2009," katanya.

Di seluruh Australia, ada 17 ribuan orang pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan.

Penetapan Organisasi Urusan Pendidikan, Sains dan Budaya PBB (UNESCO) bahwa Batik termasuk dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ini akan dilakukan di sidang komite antar-pemerintah untuk perlindungan ICH UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 28 September-2 Oktober.

Jauh sebelum adanya pengakuan UNESCO ini, Batik sudah lama diakui banyak kalangan asing, termasuk Ibunda Presiden Amerika Serikat (AS) Ann Dunham sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

Bahkan, Mei lalu, koleksi batik Indonesia milik Ann Dunham, antropolog kenamaan Amerika yang pernah lama menetap di Indonesia, ini dipamerkan di sejumlah kota di AS, seperti Chicago, Los Angeles, San Fransisco, Houston, New York dan Washington DC. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009