Bangli, Bali (ANTARA) - Toya Devasya, salah satu tempat wisata favorit dan terkenal di daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, mulai beroperasi kembali, Senin setelah tutup sejak 22 Maret 2020 akibat sepinya pengunjung dampak dari pandemi COVID-19.

“Kami sudah rapat koordinasi dengan pihak-pihat terkait yang dipimpin langsung oleh Kapolres Bangli, 12 Juni 2020. Hasil rapat tersebut Toya Devasya diizinkan buka dan operasi kembali, tapi belum beroperasi secara penuh. Kami baru membuka layanan terbatas,” kata I Ketut Marjana, manager Toya Devasya, di Kintamani, Bangli, Senin.

Ketut Marjana, mantan Dirut PT Pos Indonesia itu menjelaskan bahwa Toya Devasya baru melayani restoran dan akomodasi (penginapan), sementara layanan water sport, spa dan massage masih belum beroperasi.

“Layanan restoran dan penginapan itu juga memungkinkan pengunjung bisa menikmati pemandian air panas (hot spring). Seperti Homestay dan Hotel yang memiliki kolam renang dapat dinikmati para tamunya,” tambah manajer Toya Devasya itu.

Ia menjelaskan pula pembukaan kembali Toya Devasya ini telah menerapkan protocol kesehatan atau wisata dengan menerapkan normal baru. “Seluruh pengunjung sebelum masuk itu wajib cuci tangan, dicek suhu tubuhnya, diminta pakai masker, tempat duduk di restoran juga diatur jaraknya,” katanya.

Alasan

Sementara itu, seluruh karyawan Toya Devasya itu setiap hari wajib cek suhu tubuh dan menuliskan dalam buku monitor, setiap karyawan wajib gunakan masker, cuci tangan dan beberapa karyawan yang melayani langsung tamu itu gunakan masker dan face shield.

Manajer Toya Devasya mengungkapkan alasan pembukaan kembali Toya Devasya adalah mendukung upaya Presiden Jokowo dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama untuk membuka kembali destinasi wisata tapi dengan ketat menjalankan protocol kesehatan.

Selain itu, pembukaan kembali wisata air panas Toya Devasya adalah untuk menyelamat ekonomi masyarakat, dimana hasil pertanian masyarakat sekitar kurang terserap akibat banyak restoran besar, lokasi wisata, hotel tutup akibat dampak pandemic COVID-19.

“Saya dengar pertumbuhan ekonomi Bali itu sudah minus 1,4 persen, ini harus segera diantisipasi dengan pelonggaran kegiatan ekonomi agar Bali terhindar dari kemiskinan yang bisa menyebabkan naiknya kriminalitas. Apalagi pariwisata di Bali itu merupakan tulang punggung ekonomi social. Pariwisata Bali harus segera dilonggarkan dan dibuka kembali dengan menerapkan protocol kesehatan yang ketat,” tambah Ketut Marjana, yang juga ketua PHRI Kabupaten Bangli.

Dengan jelas, ia mendesak Pemprov Bali untuk meringankan biaya perjalanan wisata ke Bali. “Hapuskan syarat swab test untuk turis yang mau ke Bali dengan pesawat. Bebaskan syarat rapid test bagi turis ke Bali dengan penyeberangan, tapi perketat protokol kesehatan di Bandara dan Terminal penyebrangan. Setiap turis yang dicek dengan swab test positif COVID saja yang dipulangkan atau dirawat di Bali,” tambah dia.

Menurut dia, tempat pariwisata itu sama seperti pasar rakyat, dimana pasar dan tempat wisata itu tempat menyambung hidup orang banyak. Toya Devasya menyerap 220 pekerja, menyerap banyak hasil pertanian masyarakat setempat. “Jika pasar rakyat tetap dibuka, mengapa tempat pariwisata harus ditutup,” tambah dia.

Hingga saat ini, Pemprov Bali belum mengumumkan pembukaan tempat wisata, namun banyak rumah makan, kafe dan pasar terkait dengan pariwisata tetap buka dan beroperasi selama masa pandemi.

Ketut Marjana mengatakan pembukaan Toya Devasya merupakan langkah berani untuk mengambil resiko karena pengunjungnya jauh dibandingkan saat normal. “Saat pariwisata normal sebelum kena pandemi ini, pengunjung Toya Devasya mencapai 700 orang per hari pada hari biasa, dan pada akhir pekan bisa mencapai antara 1.200-1.500 orang. Jadi rata-rata sekitar 1.000 orang per hari,” ungkap dia.

Dari jumlah itu, 70 persen merupakan turis asing dan 20 persen turis domestic, ditambah 10 persen turis lokal.

“Target kami setelah dibuka kembali hari ini, ada kunjungan 30-50 orang pada hari ini biasa, apalagi sekarang masih libur sekolah. Dan target pada akhir pekan itu 150-200 orang per hari. Kami baru mempekerjakan 30 persen pekerja dari 220 pekerja saat normal. Minimal kami dapat pendapatan untuk perawatan destinasi wisata ini, ditambah menggerakan ekonomi masyarakat setempat,” kata manajer Toya Devasya.

Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020