transmisi lokal tinggal menunggu waktu, dan ini terbukti.Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh menyatakan pemeriksaan terkait COVID-19 di provinsi paling barat Indonesia tersebut begitu minim, sehingga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya transmisi lokal penyebaran virus corona.
"Ini transmisi lokal perdana yang terdeteksi, yang tidak terdeteksi kita enggak tahu, karena semua hasil laboratorium," kata Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman, di Banda Aceh, Senin.
Hal itu disampaikan IDI Aceh merespon penambahan lima kasus positif COVID-19 di Aceh pada Minggu (14/6) kemarin, sehingga menjadi total 27 kasus di Aceh.
Kelima pasien baru itu merupakan anggota keluarga yang berkontak langsung dengan DL dan MS, pasangan suami istri asal Lhokseumawe yang telah lebih dulu terkonfirmasi positif virus corona.
Safrizal menyebutkan, IDI Aceh telah memprediksikan transmisi lokal bakalan terjadi di daerah Tanah Rencong, sehingga bagi mereka informasi penambahan lima kasus barus tersebut tidak begitu mengagetkan.
Hal itu terjadi, kata dia, karena sebelum penambahan kasus itu masyarakat Aceh telah merasa aman, mengingat Aceh minim kasus COVID-19. Sehingga protokol kesehatan pencegahan penyebaran virus corona yang telah ditetapkan tidak diikuti sepenuhnya.
Baca juga: Positif COVID-19 di Aceh melonjak menjadi 27 kasus
Baca juga: Dua warga positif COVID-19, Aceh tambah kasus setelah dua pekan nihil
"Seperti physical distancing, memakai masker, mencuci tangan, itu tidak terlalu kita patuhi, kita berpikir bahwa kita sudah selesai dengan COVID-19, padahal berapa kali IDI ingatkan kita belum selesai dengan COVID-19," ujarnya.
Begitu juga, lanjut Safrizal, pengawasan di wilayah perbatasan yang terlihat mobilitas orang terlalu mudah untuk keluar dan masuk ke Aceh. Diikuti lagi dengan angka pemeriksaan COVID-19 di Aceh yang juga sangat rendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
"Sehingga dengan kondisi itu, transmisi lokal tinggal menunggu waktu, dan ini terbukti. Apalagi sebenarnya kelemahan kita di Aceh adalah angka pemeriksaan kita masih kurang dibanding daerah lain," ujarnya.
IDI menilai Aceh memiliki potensi semakin meluasnya daerah transmisi lokal. Apabila masyarakat tidak mematuhi peraturan, seperti tanpa menjaga jarak, dan memakai masker ketika berada di warung kopi, cafe, lokasi keramaian, dan tempat umum lainnya.
"Ini jadi potensial ke depan kita akan terus bertambah kasus. Hanya pemeriksaan menjadi sesuatu yang sangat penting, makin banyak kita periksa, bisa menggambarkan kondisi nyata," katanya.
Baca juga: Wali Kota: Tinjau ulang zona merah COVID-19 di Banda Aceh
Baca juga: DPRA sarankan Pemerintah Aceh tes swab COVID-19 massal dengan PCR
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020