Jayapura (ANTARA) - Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) mulai muncul di Kabupaten Jayapura, Papua sejak Maret 2020.
Dari data terakhir Pusdalops PB Papua per 14 Juni pada pukul 22.05 WIT, dalam peta sebaran COVID-19 di Kabupaten Jayapura tercatat 130 kasus positif di mana 85 orang di antaranya tengah menjalani perawatan, 44 orang telah sembuh dan satu orang meninggal dunia.
Sejak itulah, Suster Hetty Ibo (50 th) seorang ibu dan janda yang memiliki dua orang anak yakni Ela (17) dan Elo Ibo (8) merasa terpanggil untuk melayani serta merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari, Kabupaten Jayapura, Papua.
"Pada awal ketika salah satu warga Kabupaten Jayapura terdeteksi positif COVID-19. Saya dan empat orang rekan kerja di RSUD Yowari menawarkan diri untuk bertugas di ruangan khusus isolasi," katanya kepada Antara di Jayapura, Senin.
Menurut Suster Hetty, dari 300-an tenaga medis di Kabupaten Jayapura, di awal kejadian hanya lima orang saja yang terpanggil untuk melayani di ruangan khusus isolasi.
Selang beberapa waktu, akhirnya petugas pun bertambah hingga berjumlah sembilan orang termasuk Suster Hetty Ibo.
"Karena virus ini baru, akhirnya tim pertamalah yang mendesain dan mengonsep ruangan perawatan tersebut, kami mulai menyiapkan ruangan hingga peralatan medisnya," ujar Suster Hetty yang telah bertugas di RSUD Yowari sejak Mei 2007.
Baca juga: Pasien COVID-19 Kabupaten Jayapura bertambah menjadi 123 orang
Baca juga: Empat tahanan positif COVID-19 kabur dari RS Bhayangkara Jayapura
Ketersediaan APD
Alasan lain mengapa Suster Hetty bersedia bertanggung jawab merawat pasien COVID-19 adalah karena kelengkapan APD yang disediakan oleh pihak rumah sakit.
"Jika saja kami tahu APDnya tidak memadai, belum tentu kami siap karena hal ini berisiko bagi orang-orang di sekitar seperti keluarga dan teman," katanya.
Bagi Suster Hetty, pantang baginya membuat orang lain berisiko sakit atau tertular virus Corona ini. "Apalah artinya jika hendak menolong orang lain, namun diri sendiri justru tidak tertolong," katanya.
Ibunda dari Suster Hetty bersama anggota keluarga lain pun, pada awalnya sempat menolak keputusannya menjadi petugas medis di ruangan khusus isolasi pasien Covid-19 ini.
"Nene Ibo berat hati ketika mengetahui saya mengajukan diri untuk menjadi petugas di ruangan khusus isolasi pasien COVID" katanya.
Selama sebulan, Suster Hetty Ibo bersama rekan-rekannya harus melayani pasien COVID-19 dengan segala keterbatasan.
Untuk konsumsi setiap harinya, jika tidak merogoh kantong pribadi, para tenaga medis ini biasanya disumbang makanan siap saji oleh anak-anak jalanan yang memiliki kepedulian dan keterpanggilan dalam membantu sesama khususnya di tengah pandemi Covid-19 ini.
"Anak-anak jalanan ini kadang mengantar kami makanan dari sedikit uang yang dikumpulkan, bubur kacang ijo salah satu makanan yang sering diberikan untuk kami," katanya lagi.
Baca juga: GTPP: Dari 5.544 warga Kota Jayapura yang "rapid test", 927 reaktif
Baca juga: Gugus Tugas: Positif COVID-19 di Kota Jayapura capai 523 orang
Pinjam uang
Suster Hetty, bahkan sempat harus meminjam uang hanya untuk membeli gula dan kopi serta susu agar rekan-rekannya di ruangan dapat minum kopi atau "putar teh" (minum teh).
"Segala sesuatu inisiatif yang kami lakukan, sekali lagi karena keterpanggilan terhadap tugas dan kewajiban sebagai tenaga medis," ujarnya.
Dari sembilan tenaga medis yang bertanggung jawab merawat pasien COVID-19 ini, Suster Hetty Ibo merupakan yang tertua dan dianggap senior sehingga setiap kali rekan-rekannya hendak bertugas, Suster Hettylah yang mengecek kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD) rekan-rekannya.
"Yang paling setengah mati itu ketika memakai hazmat (pakaian dekontaminasi) atau APD lengkap, panas dan berkeringat tapi tidak boleh dibersihkan, harus tahan ke kamar mandi dan lapar," ujarnya.
Oleh karena itu, setiap hari, putri Suster Hetty Ibo yang berusia 17 tahun harus mengantar pakaian ganti ke rumah sakit.
Pasalnya, jika sedang tidak ada yang berjaga, maka Suster Hetty yang harus menggantikan dan akhirnya menginap di rumah sakit. Sayangnya, pengabdian Suster Hetty Ibo hanya berlangsung selama satu bulan saja.
Hal ini dikarenakan usianya yang dianggap rentan terpapar virus Corona tersebut.
"Jadi karena ada instruksi dari pemerintah bahwa umur 40-an ke atas rentan terhadap virus ini, akhirnya saya tidak diperbantukan lagi di ruangan khusus isolasi pasien Covid," katanya.
Kini, tenaga medis yang bertanggungjawab merawat pasien COVID-19 sudah banyak direkrut, Suster Hetty Ibo dan delapan rekannya tak lagi bertugas di ruangan khusus isolasi.
Baca juga: Pembatasan sosial di Kota Jayapura diperpanjang sampai 19 Juni
Baca juga: Bertambah satu, positif COVID-19 Kabupaten Jayapura naik 73 orang
Belum terima insentif
Namun yang disayangkan, meskipun pengabdiannya hanya satu bulan saja, hingga kini Suster Hetty Ibo belum menerima insentif apapun baik dari rumah sakit maupun pemerintah daerah.
"Rekan-rekan yang bertugas sempat bertanya kepada saya, apakah sudah menerima insentif dan saya jawab belum," ujarnya lagi.
Namun, Suster Hetty yakin pemerintah daerah dan pihak rumah sakit tidak akan lupa dengan pengabdian para tenaga medis di tengah pandemi COVID-19 ini.
"Mungkin, saya punya bagian (insentif) ada, tapi belum diproses atau disalurkan kepada yang bersangkutan," katanya lagi.
Suster Hetty Ibo hanya berharap ada perhatian bagi tenaga medis yang bertugas di tengah pandemi COVID-19 karena bagaimanapun juga ada keluarga yang ditinggalkan di rumah ketika menjaga para pasien.
Selain itu, dia juga berpesan kepada masyarakat agar tidak menjadikan Corona sebagai momok yang menakutkan.
Masyarakat harus berpikir positif bahwa virus ini bisa dihindari dengan pola hidup yang sehat, di mana tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yakni rajin mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker.
"Jika masyarakat sayang keluarganya, temannya dan ingat petugas medis yang harus menangani pasien positif COVID-19, kami harap dapat menerapkan protokol kesehatan demi keselamatan semua orang," katanya.
Bagi Suster Hetty, dengan masyarakat selalu waspada dan berhati-hati melaksanakan protokol kesehatan maka peluang untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini sangat besar.*
Baca juga: Kota Jayapura duduki peringkat tertinggi kasus positif COVID-19 Papua
Baca juga: Kodam XVII/Cenderawasih bagikan 1.200 masker ke warga Jayapura
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020